Jelang Puncak Peringatan HUT Konawe, Kery Ziarah ke Makam Raja Lakidende

KENDARINEWS.COM — Ziarah ke makam Raja Lakidende, menjadi salah satu agenda pemerintah kabupaten (Pemkab) Konawe, menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) pada 3 Maret setiap tahunnya.

Jumat (24/2), Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa menyempatkan diri berziarah ke makam Raja Lakidende, yang terletak di Kelurahan Arombu, Kecamatan Unaaha. Ziarah ke makam leluhur itu, tak lain merefleksi sejarah perjalanan berdirinya Konawe dari masa ke masa.

Sekab Konawe Ferdinand Sapan, memegang nisan makam Raja Lakidende.

Bupati Konawe, Kery Saiful Konggoasa mengatakan, kemajuan dan kesuksesan yang diraih Konawe saat ini, tidak terlepas dari jasa pemimpin terdahulu sebagai pejuang daerah. Ziarah itu, lanjutnya, sebagai bentuk ungkapan rasa syukur, kepada Raja Lakidende yang sudah berjasa, dalam membangun dan mengharumkan nama Konawe. “Dengan berziarah, akan mengingatkan kita kepada sejarah berdirinya Konawe. Dan juga, untuk mengingatkan kita semua betapa besar jasa Raja Lakidende terhadap daerah ini,” ujar Kery Saiful Konggoasa didampingi Sekretaris Kabupaten (Sekab) Konawe Ferdinand Sapan, Kapolres Konawe AKBP Ahmad Setiadi SIK, saat berziarah di makam Raja Lakidende, Jumat (24/2).

Juru kunci makam Raja Lakidende, saat menyucikan nisan pada makam pemimpin kerajaan Konawe tersebut.

Kery Saiful Konggoasa menambahkan, Raja Lakidende merupakan, sosok yang sangat dihormati dan dicintai masyarakat Konawe. Katanya, Lakidende menjadi raja terakhir yang memimpin Konawe. Sekaligus, pemimpin pertama kerajaan Konawe yang memeluk agama Islam. Bupati Konawe dua periode itu mengisahkan, munculnya kerajaan Konawe, bermula dari kelompok-kelompok masyarakat di suatu perkampungan. Kelompok masyarakat pada saat itu, dipimpin oleh seseorang yang dihormati dan dituakan (Toono Motuo).

Bupati Konawe, Kery Saiful Konggoasa, berdoa sembari memegang nisan Raja Lakidende

Dalam memimpin, Toono Motuo tersebut dibantu seorang Posudo, Tolea, Mbuowai, Mbusehe, Tamalaki, dan Otudo. “Setelah beberapa tahun lamanya, atas dasar kesepakatan yang mufakat, maka dibentuklah sebuah wilayah dengan mengangkat seorang raja disebut Mokole. Pada abad ke-10, kerajaan Konawe benar-benar terbentuk dan Wekoila ditunjuk sebagai raja pertama,” bebernya.

Singkat cerita, dalam perjalanan kerajaan Konawe, lanjut Kery Saiful Konggoasa, Lakidende diamanatkan untuk menjadi pemimpin di kerajaan Konawe, lewat musyawarah pemimpin adat kerajaan Konawe. Namun saat diangkat sebagai Raja kala itu, Lakidende tengah mendalami pendidikan sebagai Mubaligh Islam di Andoolo- Tinanggea. Alhasil untuk sementara waktu, ditunjuklah panglima perang kerajaan Konawe berjuluk Pakandeate untuk menjalankan roda pemerintahan.

Kapolres Konawe, AKBP Ahmad Setiadi SIK, berdoa di depan makam Raja Lakidende.

Di masanya, panglima Pakandeate beberapa kali menempuh perjalanan menuju Andoolo- Tinanggea menemui Lakidende. Perjalanannya itu, tak lain ingin menyampaikan hasil musyawarah pemimpin adat kerajaan Konawe, yang mengangkat Lakidende menjadi Raja Konawe. “Setelah dinobatkan menjadi raja, Lakidende tidak merubah struktur organisasi kerajaan yang telah tertata. Namun, tatanan hukum dan adat yang diwariskan pemimpin sebelumnya, ia selaraskan dengan hukum Islam yang dipelajarinya, saat masih menjadi mubaligh,” tandasnya. (adv)

Tinggalkan Balasan