KENDARINEWS.COM — Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa paham betul kalau wilayahnya dikaruniai sumber daya alam (SDA) melimpah. Kandungan mineral di perut bumi Konawe, ditangkap sebagai peluang menghadirkan investasi guna memakmurkan daerah. Kery tahu persis banyak investor tertarik menanamkan modalnya di Konawe, salah satunya di sektor pertambangan.
Periode pertama menjabat Bupati Konawe, Kery Saiful Konggoasa membuka ruang investasi di Kecamatan Morosi, yakni PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS). Tahun ini, Kery memastikan aktivitas pertambangan di Konawe kian menggeliat. Hal itu menyusul adanya investasi baru di Kecamatan Routa dengan nilai fantastis, yakni US 4 Miliar alias Rp 58 Triliun.

Hadirnya investasi di Konawe, berdampak positif terhadap banyak hal. Di antaranya, dari aspek peningkatan pertumbuhan ekonomi, serta terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat. “Lihat saja di Morosi, satu Sulawesi bekerja di sana. Bahkan ada yang dari Jawa, Kalimantan dan sebagainya. Belum lagi kalau pabrik baterai di Kecamatan Routa sudah dibuka, pasti tambah banyak orang yang mencari hidup di Konawe,” ujar Konawe-1 itu.

Geliat pertambangan di Routa rencananya mulai berjalan tahun ini. Perusahaan yang melakukan penambangan di sana adalah PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) dengan wilayah izin usaha pertambangan (IUP) seluas 3.563 hektare. Kery menyebut, investasi di Routa nantinya dapat menyerap sekira 6-8 ribu tenaga kerja. Routa digadang-gadang menjadi kota baru di wilayah paling barat Konawe tersebut.
“Di Routa akan dibangun pabrik-pabrik nikel dan turunannya yang lain. Sumber daya alam (SDA) kita di Konawe ini memang sangat kaya,” tutur politikus PAN Sultra itu. Kery menyebut, kawasan pertambangan baru di Routa nantinya akan terkoneksi dengan kompleks mega industri di Sulteng; PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Jarak Routa dengan wilayah industri yang berpusat di Kabupaten Morowali itu yakni 56 km. Untuk meningkatkan konektivitas pada dua daerah tersebut, pemerintah bakal membangun jalur konveyor di wilayah industri tersebut sepanjang 40 km.
“Seandainya tidak ada Covid-19, mungkin sudah ada jalur rel kereta (konveyor) di sana. Begini ceritanya, itu Morosi dulu bukan begitu saya rencanakan. Dulu saya rancang dari Routa pakai konveyor tembus di pelabuhan Jetty Morosi. Panjangnya itu kurang lebih 200 kilo meter. Tapi orang pusat bilang, kalau ini kita lakukan akan memakan waktu serta biaya yang besar. Jadi, lewat Morowali saja,” tandasnya. (adi/adv).







































