KENDARINEWS.COM– Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tengah menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan darah yang terus meningkat. Palang Merah Indonesia (PMI) Sulawesi Tenggara mencatat, permintaan darah mencapai angka 1.400 kantong setiap bulannya, terutama untuk menopang kebutuhan rumah sakit di Kota Kendari dan wilayah sekitarnya.
Menyadari urgensi situasi ini, PMI Sultra bergerak cepat dengan mengintensifkan program donor darah sukarela dan edukasi sejak dini. Kepala UTD PMI Sultra, dr. Erik Sam, dalam penampilannya di Podcast Kendari Pos Channel pada Selasa (14/10/2025), mengungkapkan bahwa langkah ini diambil sebagai upaya nyata untuk meringankan beban keluarga pasien.
“Kebutuhan darah sangat tinggi, dan kami tidak ingin keluarga pasien semakin terbebani dengan mencari darah ke sana kemari. Oleh karena itu, kami mulai menanamkan kesadaran donor darah sejak usia sekolah melalui program PMR,” ujar dr. Erik.
Sebelum didistribusikan, setiap kantong darah melewati serangkaian pemeriksaan ketat. dr. Erik menjelaskan bahwa setiap calon pendonor harus melewati dua tahap pemeriksaan, mulai dari kondisi fisik hingga pengecekan terhadap empat parameter penyakit menular, yaitu Hepatitis B, Hepatitis C, HIV, dan sifilis.
“Kami sangat berhati-hati dalam memastikan keamanan darah yang akan ditransfusikan. Jika ditemukan indikasi penyakit, darah tersebut akan langsung dikarantina,” tegasnya.
Inovasi dalam pengelolaan darah juga menjadi kunci efisiensi PMI Sultra. Darah yang telah didonorkan akan dipisahkan menjadi komponen-komponen penting seperti sel darah merah (PRC), trombosit, dan plasma. Dengan demikian, satu kantong darah dapat dimanfaatkan untuk menyelamatkan hingga tiga pasien dengan kebutuhan medis yang berbeda.
“Analogi sederhananya seperti es buah. Darah lengkap itu seperti es buah utuh, sementara komponen-komponennya seperti bahan-bahan terpisah yang bisa diracik sesuai kebutuhan pasien,” jelas dr. Erik.
Selain memberikan dampak besar bagi penerima, donor darah juga memberikan manfaat kesehatan bagi pendonor. dr. Erik mengungkapkan bahwa setiap kali mendonorkan darah, tubuh akan membakar sekitar 400–600 kalori.
“Banyak pendonor yang merasa lebih segar dan kualitas tidur mereka meningkat setelah mendonorkan darah. Ini adalah bentuk bakti sosial yang mudah, murah, dan menyehatkan,” tambahnya.
PMI juga menyediakan layanan pemeriksaan awal gratis bagi calon pendonor. Jika ditemukan indikasi penyakit, pendonor akan dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit.
Namun, PMI Sultra juga menghadapi tantangan tersendiri, terutama dalam memenuhi kebutuhan golongan darah langka seperti AB negatif. Sahruni, SKM, selaku Kabid Pelestarian Donor Darah Sukarela (P2D2S) UTD PMI Sultra, menjelaskan bahwa golongan darah AB hanya dimiliki oleh sekitar 7–8% populasi, dan jumlahnya semakin sedikit jika memiliki resus negatif.
“Kami seringkali kesulitan mencari golongan darah AB negatif, bahkan harus mencari hingga ke Makassar untuk memenuhi kebutuhan pasien di Kendari,” ungkap Sahruni.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, PMI Sultra membuka layanan donor darah setiap hari, mulai pukul 08.00 hingga 22.00, termasuk di hari Minggu. Selain itu, PMI juga aktif menjalin kerja sama dengan berbagai instansi dan komunitas melalui program donor darah massal.
“Kami siap melayani hingga empat kegiatan donor darah dalam sehari, baik di kantor PMI maupun di lokasi lain. Instansi yang ingin bekerja sama cukup mengirimkan surat permohonan minimal satu minggu sebelum pelaksanaan,” jelas Sahruni.
PMI Sultra mengajak seluruh masyarakat Sulawesi Tenggara, khususnya Kota Kendari, untuk menjadikan donor darah sebagai gaya hidup dan wujud solidaritas sosial.
“Setetes darah Anda adalah harapan bagi mereka yang membutuhkan. Mari rutin mendonorkan darah, karena mendonor adalah menyelamatkan hidup, dan itu adalah amal jariah yang luar biasa,” pungkas Sahruni.









































