KENDARINEWS.COM–Mungkin Anda pernah mendengar suara gemeretak gigi saat tidur, entah dari diri sendiri atau pasangan. Fenomena ini dikenal sebagai bruxism, yaitu kebiasaan menggeretakkan atau menggesekkan gigi secara tidak sadar yang sering terjadi saat tidur.
Meski terkesan sepele, bruxism berpotensi merusak struktur gigi, memicu nyeri rahang, hingga mengganggu kualitas tidur. Banyak orang baru menyadarinya setelah mengalami keluhan serius seperti sakit kepala, gigi sensitif, atau rahang kaku.
Apa Itu Bruxism?
Dilansir dari alodokter, bruxism adalah kondisi ketika seseorang menggeretakkan gigi baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar. Tipe yang paling umum adalah sleep bruxism, di mana pengidap melakukannya saat tidur, sering kali tanpa disadari hingga menimbulkan keluhan fisik.
Bruxism bisa terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor fisik serta psikologis.
Penyebab Bruxism
Berikut adalah beberapa pemicu umum bruxism:
- Stres, cemas, atau emosi negatif lainnya
- Kepribadian agresif atau hiperaktif
- Gangguan tidur seperti sleep apnea
- Kebiasaan hidup tidak sehat (merokok, konsumsi alkohol, atau NAPZA)
- Penggunaan obat tertentu seperti antidepresan atau antipsikotik
- Kondisi medis tertentu, termasuk Parkinson, epilepsi, hingga asam lambung
Pada anak-anak, bruxism bisa muncul saat gigi pertama kali tumbuh atau ketika gigi susu mulai digantikan oleh gigi permanen. Pemicu lainnya meliputi ADHD, alergi, kekurangan nutrisi, hingga infeksi cacing.
Gejala-Gejala yang Harus Diwaspadai
Penderita bruxism biasanya tidak menyadari kebiasaannya sendiri. Namun, gejala berikut bisa menjadi tanda:
- Permukaan gigi aus atau rata
- Gigi terasa sensitif
- Nyeri atau ketegangan di rahang
- Sakit kepala tegang
- Nyeri menyebar ke telinga
- Gangguan tidur akibat suara gemeretak gigi
Kapan Harus Periksa ke Dokter?
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter gigi bila:
- Sering dibangunkan oleh suara gigi sendiri atau pasangan
- Mengalami nyeri rahang atau kepala yang terus-menerus
- Gigi terasa lebih pendek, aus, atau tidak sejajar
- Kualitas tidur terganggu
Cara Mengatasi Bruxism
Penanganan bruxism tergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya. Beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan antara lain:
- Penggunaan pelindung gigi saat tidur
- Obat pelemas otot atau suntikan botox untuk meredakan ketegangan otot rahang
- Pemasangan crown gigi bila gigi sudah rusak parah
- Terapi stres, termasuk relaksasi, yoga, atau biofeedback
- Terapi perilaku kognitif, bila bruxism dipicu gangguan kecemasan
- Pemberian obat antidepresan jangka pendek dalam kasus tertentu
Dampak Jika Dibiarkan
Bruxism yang tidak ditangani dapat memicu sejumlah komplikasi, seperti:
- Retaknya atau copotnya gigi
- Gangguan rahang (TMJ disorder)
- Nyeri wajah kronis
- Perubahan struktur wajah
- Gangguan makan dan bicara
- Infeksi hingga abses gigi
- Gangguan tidur kronis (insomnia)
Cara Mencegah Bruxism
Beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegah bruxism:
- Kurangi konsumsi kafein dan hindari alkohol
- Hindari kebiasaan menggigit pensil atau pulpen
- Jaga kualitas tidur dan hindari begadang
- Rutin relaksasi untuk mengelola stres
- Lakukan peregangan ringan pada rahang sebelum tidur
- Periksa gigi secara berkala ke dokter gigi
Kesimpulan
Bruxism adalah masalah umum yang sering diabaikan karena tidak langsung terasa. Namun, jika tidak diatasi, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan gigi serius dan gangguan kesehatan lainnya. Deteksi dini dan gaya hidup sehat menjadi kunci utama untuk mencegah dampak jangka panjang dari kebiasaan ini.(*)








































