KENDARINEWS.COM–Eco enzyme kini semakin digemari masyarakat sebagai solusi ramah lingkungan dalam mengelola limbah dapur. Cairan hasil fermentasi kulit buah, sayur, gula, dan air ini dipercaya bisa menggantikan pembersih kimia, menyuburkan tanaman, hingga mengurangi bau tak sedap. Namun, di balik manfaatnya, masih banyak hal yang belum diketahui secara ilmiah.
Apa Itu Eco Enzyme?
Eco enzyme adalah cairan fermentasi dari limbah organik dapur yang dibuat dengan mencampurkan 3 bagian limbah organik, 1 bagian gula, dan 10 bagian air, lalu difermentasi selama tiga bulan dalam wadah tertutup. Proses ini menghasilkan enzim dan senyawa asam yang disebut-sebut mampu memberikan banyak manfaat.
Manfaat yang Sering Diklaim
- Pengganti Pembersih Kimia
Banyak pengguna eco enzyme menggunakannya untuk mengepel lantai, mencuci piring, atau membersihkan kamar mandi. Meski terbuat dari bahan alami, kemampuannya belum tentu setara dengan produk pembersih berbahan kimia yang telah teruji. - Mengurangi Bau Tak Sedap
Eco enzyme dipercaya mampu mengatasi bau di tempat sampah, toilet, atau saluran air berkat senyawa asam hasil fermentasi. Namun, belum ada bukti ilmiah yang kuat mengenai efektivitas jangka panjangnya. - Menyuburkan Tanaman
Sebagai pupuk cair organik, eco enzyme mengandung nutrisi seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Meski demikian, kandungan nutrisinya bisa sangat bervariasi tergantung bahan dan proses pembuatannya. - Membersihkan Limbah Air
Cairan ini sering dituangkan ke parit atau selokan dengan harapan dapat mengurai limbah organik. Namun, belum ada riset ilmiah yang membuktikan dampak signifikan eco enzyme terhadap kualitas air. - Pengusir Serangga Alami
Aroma asam dari eco enzyme dianggap tidak disukai oleh serangga seperti lalat dan nyamuk. Sayangnya, belum ada data ilmiah yang membandingkan keefektifannya dengan produk pengendali hama konvensional.
Risiko yang Perlu Diperhatikan
Meski alami, penggunaan eco enzyme tidak sepenuhnya tanpa risiko. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
- Iritasi Kulit dan Pernapasan: Aroma menyengat atau kontak langsung dengan cairan yang belum difermentasi sempurna bisa menyebabkan iritasi, terutama bagi orang yang sensitif.
- Bukan Disinfektan Medis: Eco enzyme tidak terbukti efektif membunuh kuman, bakteri, atau virus, sehingga tidak boleh dijadikan pengganti disinfektan medis.
- Fermentasi yang Gagal: Proses pembuatan yang tidak higienis dapat menimbulkan jamur atau menghasilkan cairan berbahaya.
- Dampak Lingkungan: Penggunaan berlebihan bisa berdampak negatif karena sifat asam dari cairan fermentasi.
Cara Membuat Eco Enzyme
Untuk yang ingin mencoba, dilansir dari alodokter berikut cara sederhana membuat eco enzyme di rumah:
Bahan:
- 300 gram limbah organik (kulit buah/sayur)
- 100 gram gula merah/gula pasir/molase
- 1 liter air bersih
Langkah:
- Masukkan gula dan limbah ke dalam wadah plastik bertutup.
- Tambahkan air, aduk rata, lalu tutup rapat (sisakan ruang untuk gas fermentasi).
- Simpan di tempat sejuk selama 3 bulan. Buka tutup wadah setiap hari selama minggu pertama, lalu seminggu sekali setelahnya.
- Setelah selesai, saring cairan dan simpan di botol tertutup. Siap digunakan.
Bijak Menggunakan Eco Enzyme
Eco enzyme bisa menjadi alternatif solusi ramah lingkungan, namun penggunaannya harus bijak. Jangan menggantikan produk sanitasi medis dengan eco enzyme, terutama untuk kebersihan pribadi atau makanan. Bila Anda memiliki kulit sensitif atau masalah pernapasan, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan ahli sebelum menggunakannya.(*)








































