KENDARINEWS.COM–Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Arinta Nila Hapsari, secara resmi membuka kegiatan Kick Off Program Inkubasi Wastra 2025 yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sultra, di Aula Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Kendari, Rabu (16/4).
Kegiatan ini menjadi langkah awal dalam penguatan industri wastra daerah, terutama tenun khas Sultra yang kini tengah dipacu agar memiliki daya saing nasional dan global. “Program ini menjadi momentum strategis untuk memperkuat ekosistem fesyen berbasis budaya lokal,” ujar Ketua Dekranasda Sultra, Arinta Nila Hapsari.
Ketua Dekranasda Sultra, Arinta Nila Hapsari, menyampaikan bahwa wastra kini tak lagi terbatas sebagai sarung atau selendang, melainkan telah bertransformasi menjadi produk fesyen modern.
“Kini kita melihat wastra jadi blazer, jas, celana, hingga aksesori seperti topi dan tas. Ini menunjukkan adaptasi yang baik terhadap selera pasar, terutama generasi muda,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa kualitas menjadi tantangan utama dalam menghadapi pasar yang semakin kompetitif. “Desain bagus harus diiringi hasil produksi yang rapi dan berstandar tinggi. Inkubasi ini penting untuk memperkuat kapasitas pelaku industri kreatif,”ucapnya.
Sebagai bagian dari strategi pengembangan, Dekranasda juga mendorong produksi busana ready to wear. “Pakaian siap pakai lebih mudah dipasarkan dan punya potensi ekspor lebih besar,” jelasnya.
Selain wastra, pihaknya juga tengah menyiapkan program pemberdayaan kerajinan unggulan lain seperti nentu dan kerajinan perak. “Kami ingin seluruh potensi kerajinan lokal bisa berkembang bersama dalam ekosistem ekonomi kreatif Sultra,” katanya.
Ia pun menutup sambutannya dengan ajakan sinergi lintas sektor. “Kami berharap kolaborasi antara Dekranasda, BI, dan seluruh pemangku kepentingan terus berlanjut demi kemajuan industri kerajinan daerah,” pungkasnya.
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan BI Sultra, Rahadian Triaji, menekankan bahwa program ini merupakan wujud sinergi BI dan pemerintah daerah dalam penguatan UMKM.
“Bank Indonesia tidak hanya mengurus makroekonomi, tapi juga punya perhatian besar pada pelestarian budaya dan penguatan ekonomi lokal,” pungkasnya






































