Dorong Ketahanan Pangan, Gubernur Tuntas Luncurkan Program Penanaman Agroforestry 

KENDARINEWS.COM—Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan, Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Andi Sumangerukka (ASR), telah menuntaskan peluncuran program penanaman tanaman pangan berbasis agroforestry di kawasan hutan sosial wilayah Bumi Anoa.

Program ini menjadi bagian dari strategi Pemerintah Provinsi Sultra untuk mengatasi stagnasi produksi pangan serta mengurangi kerentanan pangan di beberapa wilayah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, produksi pangan di Sultra mengalami stagnasi, sementara sekitar 16% wilayah kabupaten/kota masih tergolong rentan pangan. Melihat kondisi ini, ASR menekankan perlunya langkah konkret dalam memperkuat sektor pertanian dengan mengadopsi sistem agroforestry, yang mengombinasikan tanaman pohon dengan tanaman pertanian atau peternakan.

“Ini memerlukan langkah nyata dari pemerintah untuk memastikan ketahanan pangan dan keberlanjutan pengelolaan lingkungan. Salah satu solusi adalah melalui program Perhutanan Sosial dengan pola agroforestry yang memadukan tanaman pohon dan tanaman pertanian atau peternakan,” ujarnya.

Program penanaman agroforestry ini juga sejalan dengan dua dari lima fokus utama Pemerintah Provinsi Sultra periode 2025-2030 di bawah kepemimpinan ASR-Hugua. Fokus tersebut mencakup peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program ekonomi berkelanjutan serta pengelolaan sumber daya alam yang ramah lingkungan.

“Melalui program Perhutanan Sosial, kami memberikan akses legal kepada masyarakat untuk mengelola dan memanfaatkan kawasan hutan secara lestari, menciptakan ekosistem yang sehat, serta membangun model kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam pelestarian lingkungan,” papar ASR.

Saat ini, berdasarkan data 2024, luas kawasan hutan di Sultra yang telah masuk dalam program Perhutanan Sosial mencapai 124.048 hektar. Program ini melibatkan 424 kelompok masyarakat dengan total anggota sebanyak 28.708 kepala keluarga yang tersebar di 17 kabupaten dan kota.

Mantan Pangdam Hasanuddin itu berharap program penanaman dengan pola agroforestry dapat menjadi motor penggerak bagi masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan dan memperbaiki kondisi lingkungan.

“Saya berharap tanaman pangan yang ditanam dalam program ini dapat tumbuh subur dan produktif, memberikan manfaat jangka panjang yang positif untuk seluruh masyarakat Sultra,” tuturnya.

Ia juga menekankan pentingnya pengawasan terhadap izin atau persetujuan lingkungan, serta meminta para pelaku usaha untuk menginternalisasi biaya lingkungan dalam biaya produksi perusahaan.

“Keberhasilan pengelolaan lingkungan dan kehutanan sangat bergantung pada kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta,” pungkasnya. (rah)

Tinggalkan Balasan