KENDARINEWS.COM–Pemimpin yang visioner dan kuat dalam lembaga kemahasiswaan menjadi kunci dalam mendorong terciptanya sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing, terutama di era Society 5.0.
Ketua DPC GMNI Kendari periode 2023-2025 Rasmin Jaya mengatakan transformasi regenerasi kepemimpinan di kampus sangat penting untuk menjawab tantangan zaman serta mengakomodasi aspirasi mahasiswa dan isu-isu strategis kekinian.
“Kepemimpinan mahasiswa harus visioner dan progresif untuk mengakomodasi kebutuhan mahasiswa, serta merespons isu-isu seperti mahalnya biaya pendidikan dan minimnya fasilitas kampus. Pemimpin yang berkualitas harus membangun kepercayaan di kalangan mahasiswa melalui integritas dan konsolidasi yang kuat,” ujar Rasmin.
Menyambut Pemira UHO yang akan digelar pada Desember 2024, Rasmin menilai pesta demokrasi mahasiswa ini bukan sekadar ajang kompetisi politik, melainkan juga momentum strategis untuk membangun demokrasi kampus yang sehat. Ia berharap Pemira dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menawarkan ide dan gagasan terbaik demi kemajuan lembaga kemahasiswaan di kampus.
“Partisipasi mahasiswa dalam Pemira mencerminkan kualitas demokrasi kampus. Mahasiswa harus bebas menentukan pilihan tanpa intervensi birokrasi. Tradisi intelektual, seperti diskusi dan aksi, perlu tetap hidup agar kampus menjadi tempat tumbuhnya pemimpin progresif dan solutif,” tegasnya.
Selain itu, Rasmin menyoroti pentingnya kaderisasi yang terstruktur dan berkelanjutan dalam organisasi kemahasiswaan. Proses kaderisasi yang matang, menurutnya, adalah kawah candradimuka yang akan melahirkan pemimpin yang tangguh, berkarakter, dan memiliki idealisme tinggi untuk memajukan kampus dan bangsa.
Mahasiswa juga diingatkan untuk tetap menjalankan peran sosialnya sebagai agen perubahan. Menurut Rasmin, mahasiswa harus mampu menjembatani aspirasi masyarakat dengan pemerintah melalui aksi nyata yang dapat memengaruhi kebijakan publik.
“Mahasiswa adalah agen perubahan. Mereka harus aktif dalam advokasi dan memengaruhi kebijakan yang pro-rakyat, baik di tingkat lokal maupun nasional,” ujarnya.
Namun, ia menyayangkan adanya degradasi tradisi intelektual di kalangan mahasiswa saat ini. Kampus lebih sering menyelenggarakan diskusi motivasi daripada diskusi ideologis, yang seharusnya menjadi ruang bagi mahasiswa untuk menghidupkan wacana kritis dan membangun kesadaran kolektif. Tradisi intelektual, seperti diskusi dan debat, sangat diperlukan untuk menciptakan pemimpin yang revolusioner dan progresif.
Rasmin juga menekankan bahwa kelembagaan mahasiswa harus mampu mengembalikan marwahnya sebagai jembatan solusi atas berbagai persoalan bangsa, baik di tingkat nasional maupun lokal. Dengan membangun konsolidasi internal yang solid, lembaga kemahasiswaan diharapkan dapat menjadi instrumen yang relevan untuk menjawab tantangan masyarakat dan bangsa.
“Selamat berpesta demokrasi kepada seluruh mahasiswa UHO. Jadilah pemimpin yang berintegritas dan mampu membawa perubahan bagi kampus, masyarakat, dan bangsa,” tutup Rasmin Jaya.(m2/kn)
