KENDARINEWS.COM—Setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri khususnya tentang hasil kerajinan tradisional yang dimiliki seperti keunikan tenun. Jika di solo ada batik, di Sumatera ada songket di Sultra juga ada yang namanya kain tenun masalili.
Kain tenun Masalili adalah kain khas Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), kain ini identik dengan motif yang khas dan warnanya yang cerah. Pewarna yang digunakan juga bukan pewarna buatan namun menggunakan pewarna alami dari daun mangga, kulit mahoni, hingga kayu secang.
Tak heran jika kain tenun jenis ini cukup menjanjikan, sebab memiliki harga jual yang fantastis.
“Kain yang menggunakan pewarna alami memang berharga mahal, bisa sampai Rp2 hingga Rp3 juta per lembarnya tergantung motif dan tingkat kesulitan membuatnya,” papar Wa Nini salah satu penenun yang terus mempertahankan kualitas hasil tenunannya.
Ia juga mengatakan jika hasil tenunan tradisionalnya bukan hanya diminati masyarakat, pejabat daerah maupun pejabat negara namun turis mancanegara juga mengagumi kain tenun jenis ini.
” Pendapatan dari hasil tenun ini lumayan untuk hidup, walaupun penjualan tidak kontinyu tiap hari namun sekali laku ya cukup buat hidup” tambahnya.
Tenun Masalili sendiri memiliki ciri khusus sebab cara menenunnya menggunakan teknik sobi dalam pengerjaannya. Teknik dimana dalam menenun benang, warna hanya dipermukaan saja, sedangkan didalamnya masih polos.
Kain Masalili ini juga pernah dibuat khusus untuk Presiden Jokowi dan rombongan VVIP pada peringatan Hari Pers Nasional (HPN). Saat itu kain menggunakan teknik Tenun Sobi khas Masalili. Kainnya menggunakan motif Robu atau bambu muda dengan hiasan bintang.
Saat ini di desa Masalili warganya cukup berkembang, pendapatan dari hasil tenunan telah mendongkrak perekonomian warga. 90 persen warga desa tersebut hidup dari hasil tenunan tak heran jika Masalilli berkembang menjadi daerah potensi wisata dan menjadi kampung tenun yang terkenal seantero.
Sebagai informasi, Kampung Tenun Masalili dikenal sebagai salah satu sentra produksi kain tenun tradisional di Kabupaten Muna, tercatat kurang lebih 300 penduduk Masalili merupakan penenun.
Kain tenun dari Masalili memiliki ciri khas tersendiri, baik dari segi motif maupun teknik penenunan yang masih menggunakan alat tradisional. Selain itu, kain tenun Masalili telah banyak dipasarkan ke berbagai daerah dan menjadi salah satu produk unggulan dari Muna yang diakui secara nasional.
Bahkan, Pj Gubernur Andap Budhi Reviabto dalam satu kesemoatan mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk terus mendukung perkembangan UMKM berbasis budaya seperti kerajinan tenun ini.
“Kami berharap, dengan adanya promosi dan dukungan yang tepat, kain tenun Masalili dapat terus berkembang, menjadi kebanggaan masyarakat Muna, serta memberikan dampak positif bagi ekonomi daerah,” tambahnya.
Ia berharapkan potensi ekonomi kreatif yang berbasis pada kekayaan budaya lokal dapat semakin tumbuh dan berkembang, serta mendukung perekonomian masyarakat Muna secara berkelanjutan.(adv)
