Inflasi Empat Daerah di Sultra Capai 2,90 Persen, Ini Penjelasan Agnes Widiastuti

KENDARINEWS.COM–Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara (Sultra) merilis data terbaru mengenai tingkat inflasi di provinsi tersebut pada Jumat, 1 Maret 2024.

Menurut Kepala BPS Sultra, Agnes Widiastuti, inflasi Sultra pada bulan Februari 2024 mencapai 2,90 persen, mengalami kenaikan signifikan dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,46 persen. Namun  angka ini masih cukup terkendali.

Angens menyebutkan, berdasarkan rincian data yang ada, inflasi year on year Provinsi Sultra mencapai 2,90 %, angka ini meningkat bila dibandingkan bupan Januari yanh berada diangla 2,46 %. Dimana inflasi month to month Sultra pada bulan Februari 2024 sebesar 0,19 %.

Dimana angka inflasi  pada empat Kabupaten/Kota di Sultra yang menjadi dasar penilaian angka inflasi yakni Kabupaten Konawe 4.10%, Baubau 3.58%, Kolaka 2.79% dan kota Kendari 2.27%.

“Meskipun mengalami peningkatan, angka inflasi Sultra masih tetap berada dalam rentang terkendali. Didasari target inflasi yang ditentukan tahun 2024 yakni sebesar 2,5 % ± 1%, maka Inflasi year on year Provinsi Sultra masih dalam rentang terkendali yaitu antara rentang 1,5% hingga 3,5%,”kata Agnes.

Sementara itu, Pj Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto mengatakan, berdasarkan data BPS, angka inflasi Sultra kini mencapai 2,90 persen. Meskipun mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya, Sultra masih berhasil menempati peringkat ke-20 dari total 38 provinsi di seluruh Indonesia dalam hal tingkat inflasi.

“Ini menunjukkan bahwa Sultra mampu mengelola tingkat inflasi dengan baik meskipun menghadapi tantangan ekonomi,”ungkapnya

Faktor-faktor yang menyumbang pada tingkat inflasi di Sultra meliputi kelompok makanan, minuman, dan tembakau, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, dan kelompok transportasi. “Selain itu salah satu komoditas utama yang memberikan kontribusi signifikan terhadap inflasi adalah beras, yang mengalami kenaikan harga sebesar Rp21,64 persen dengan andil inflasi sebesar 1,17 persen,”jelasnya.

Meskipun luas panen beras mengalami penurunan, produksi beras di Sultra tetap meningkat sebesar 0,09 persen dibandingkan tahun sebelumnya, terutama karena peningkatan produktivitas. Upaya Pemerintah Daerah dalam meningkatkan produksi beras, seperti bantuan pupuk dan perbaikan irigasi, turut berkontribusi dalam meningkatkan produksi beras.

“Selain itu, kenaikan harga beras juga dipengaruhi oleh naiknya harga gabah di tingkat petani. Namun, kenaikan harga beras terjadi hampir di seluruh provinsi di Indonesia, kecuali di Provinsi Jambi,”ungkapnya.

Selain beras, beberapa komoditas lainnya yang memberikan kontribusi terhadap inflasi di Sultra antara lain adalah angkutan udara, mobil, tarif dokter umum, sigaret kretek mesin, tomat, sawi hijau, ikan mujair, akademi/perguruan tinggi, emas perhiasan, ikan selar, dan ikan tude.

Penyesuaian tarif dokter umum di Kabupaten Konawe juga turut memberikan andil terhadap inflasi di Sultra. Penyesuaian tarif rumah sakit di Kabupaten Konawe berdasarkan Perda No. 3/2023 ttg pajak daerah dan retribusi daerah

“Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang memengaruhi inflasi di Sultra, diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi daerah,”pungkasnya. (rah/kn)

Tinggalkan Balasan