–Terkait Dugaan Penganiayaan Warga oleh Oknum Kadernya
KENDARINEWS.COM–Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Konawe Utara dirundung masalah. Salah seorang kadernya, Rabiudin Aspa diduga terlibat penganiayaan terhadap Imran, seorang warga Desa Ulu Sawa, Kecamatan Sawa. Terduga pelaku, Rabiudin Aspa adalah oknum anggota DPRD Konut.
Mendengar perkara itu, Ketua DPC PDIP Konut, I Made Tarubuana enggan gegabah memberi sanksi kepada kadernya, Rabiudin Aspa. Langkah klarifikasi pun dilakukan I Made Tarubuana dengan meminta keterangan kepada yang bersangkutan.
Rabiudin Aspa menyangkal tuduhan yang dialamatkan kepadanya. “Saya telah mempertanyakan kepada yang bersangkutan (Rabiudin), menurutnya tidak pernah melakukan pemukulan,” ujar I Made Tarubuana, Selasa (31/10/2023).
Sebalikya, apabila tindakan dugaan penganiayaan dilakukan Rabiudin Aspa terbukti benar, I Made Tarubuana dengan tegas menyatakan akan menerapkan peraturan partai. Ia akan memproses Rabiudin dan mengirimkan panggilan resmi melalui Wakil Ketua Bidang Kehormatan.
Salah seorang oknum anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Konawe Utara (Konut), Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Rabiudin Aspa, diduga melakukan penganiayaan terhadap Imran, seorang warga.
Sementara itu, upaya konfirmasi kepada Rabiudin Aspa tidak berhasil. Nomor telepon selulernya tidak aktif. Sebelumnya, warga Desa Ulu Sawa Imran mengaku dianiaya oknum anggota DPRD Konut, Rabiudin Aspa pada Minggu (29/10/2023) sekira pukul 04.00 Wita.
Imran menjelaskan, dugaan penganiayaan itu terjadi saat dirinya sedang duduk di depan rumah pamannya, tak jauh dari kediamannya.
“Saya sedang duduk di depan rumanya om saya, tiba-tiba ada 2 orang berboncengan menghampiri saya. Dia (terduga pelaku) turun dari sepeda motor, langsung menarik baju saya. Bahkan sempat memukul di bagian pipi kiri, dan sempat saya tangkis juga,” ujar Imran kepada awak media di Kendari, Senin (30/10/2023).
Imran mengaku pelaku datang dalam keadaan di bawah pengaruh alkohol dan diduga pelaku telah merencanakan aksi penyerangan tersebut. “Yang bersangkutan dalam keadaan mabuk berat, dan saat itu saya bilang jangan main pukul. Dia bilang (terduga pelaku) sudah ini momen yang saya tunggu,” tutur Imran.
Tak lama kemudian, muncul adik, sepupu, dan ayah terduga pelaku. Imran mengaku tidak mengetahui motif dibalik penyerangan itu. Namun, ia menduga insiden tersebut berkaitan dengan pemilihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Ulu Sawa.
Hingga saat ini, oknum anggota DPRD Konut tersebut belum menunjukkan itikad baik atas tindakannya. Sehingga ia berencana melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian dan akan menempuh jalur hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Terpisah, Wakil Sekretaris DPD PDIP Sultra, Made Suparno mengartakan mekanisme di PDI Perjuangan yakni memanggil yang bersangkutan. Tujuannya untuk mengecek informasi terkait pelaporan tersebut. “Setelah itu ditindaklanjuti. Karena di partai kami itu ada dewan pertimbangan yang menangani teman-teman yang diduga berkasus,” ujarnya.
Made Suparno mengaku akan mengambil langkah tegas terhadap oknum tersebut, jika benar terbukti melanggar kode etik partai. “Sanksi di PDI Perjuangan itu ada beberapa, satu peringatan, kedua tertulis, ketiga atau terakhir pemecatan konsekuensinya,” tegasnya. (abd/kn)







































