KENDARINEWS.COM — Wabah demam berdarah dengue (DBD) identik dengan penyakit musiman. Biasanya, kasus DBD mulai teridentifikasi pada musim hujan. Di Kolaka Utara (Kolut), penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti tersebut sempat melonjak tahun 2022 lalu. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kolut mencatat, ada 64 kasus DBD dengan jumlah suspek sebanyak 141 kasus. Padahal tahun 2021 hanya 19 warga Kolut yang terinfeksi DBD sementara 31 kasus suspek.
Kepala Dinkes Kolut, Irham, mengatakan, akan terus berupaya menekan angka kasus DBD. Sebagai bentuk kesungguhan, petugas dari Dinkes rutin turun lapangan. Mulai upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN), gerakan “Satu Rumah Satu Jumantik” abatisasi hingga melakukan fogging. Sejauh ini, semuanya masih terkendali. Di awal tahun 2023, pihaknya baru mendeteksi 2 kasus dan semuanya di Januari. “Grafis kasus DBD turun naik. Kalau tahun 2021, hanya 19 kasus. Tahun lalu naik menjadi 64 kasus. Kalau tahun ini, sudah ada dua kasus. Kasus DBD akan selalu ada. Sebab ada beberapa kecamatan di Kolut dikategorikan endemik. Makanya, kami harus tetap siaga. Selain menekan kasus DBD kami juga berupaya menghapus status endemik. Hanya saja, semuanya butuh proses. Sebab masyarakat masih perlu diedukasi,” kata Irham, Jumat (3/3).
Mantan Sekretaris Dinkes Kolut itu mengingatkan masyarakat tidak menganggap enteng DBD. Pasalnya, sudah banyak kasus yang menyebabkan kematian. Jika merasa gejala, ia meminta untuk segera dibawa ke Fasilitas Kesehatan (Faskes) terdekat. Dengan begitu, pasien bisa ditangani. Langkah ini tak lain untuk mengantisipasi jatuh korban. Bila terlambat, pasien berisiko kehilangan nyawa. “Mohon jangan ditunda-tunda. Kalau ada gejala bawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit (RS). Selain keselamatan pasien, anggota keluarga berpeluang tertular. Penularan virus dengue terjadi bila seseorang yang terinfeksi digigit oleh nyamuk perantara. Jika nyamuk itu menggigit orang lain, maka akan terinfeksi. Jadi, penularannya hanya melalui nyamuk dan tidak dari orang ke orang,” jelas Irham.
Untuk mencegah DBD kata Irham, masyarakat harus menerap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tidak sedikit kasus ini disebabkan karena perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Di sisi lain, harus melakukan PSN 3M plus. Langkah pertama menguras tempat penampungan air. Selanjutnya, menutup rapat penampungan dan menimbun barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. “Untuk plusnya, berupaya upaya pencegahan seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat nyamuk, menanam tanaman pengusir termasuk gotong-royong membersihkan lingkungan. Jadi, DBD harus diperlukan peran semua stakeholder,” pungkasnya. (mal)







































