KENDARINEWS. COM– Kendati sebagian wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) sudah
memasuki musim kemarau, namun hujan masih saja mengguyur.
Di Kendari, awan masih menyelimuti atmosfir. Fenomena alam ini dipicu aktifnya gelombang equatorial tipe low.
Koordinator Observasi dan Informasi
Stasiun Meteorologi Maritim (Stamar)
Kendari Faizal Habibie mengatakan
musim kemarau telah memasuki Sultra
mulai pertengahan Agustus hingga awal
September.
“Gangguan atmosfer gelombang equatorial tipe Low memicu meningkatnya penguapan udara atau penambahan massa uap air. Hal ini menyebabkan terjadinya hujan beberapa hari ini. Sebenarnya, Kendari sudah memasuki musim kemarau,” ujarnya, Senin (29/8).
Di sisi lain, massa udara basah lapisan rendah terkonsentrasi di wilayah Sultra. Kondisi ini terjadi hingga ke 700 mb mencapai 70 – 90 persen. Selain itu, index labilitas ringan sampai sedang dan pola konvektif skala lokal
“Hangatnya suhu muka laut di turut menyebabkan hujan terutama bagian perairan Bau-bau, Perairan Wakatobi,
Perairan Manui-Kendari dan Laut Banda. Kondisi ini menambah pasokan uap air cukup tinggi untuk mendukung
pembentukan awan hujan cukup tinggi,” jelasnya.
Berdasarkan prediksi BMKG, hujan berpotensi masih terjadi hingga 7 hari kedepan. Mulai dari Kendari, Konawe dan
wilayah daratan lainnya. Sementara di wilayah kepulauan adalah Konawe Kepulauan (Konkep), Buton Utara (Butur),
Buton Selatan (Busel), Muna dan Muna Barat (Mubar).
Pola angin lanjutnya, umumnya bertiup dari Timur – Selatan dengan kecepatan 2 – 20 Knot atau 4-40 kilometer perjam. Kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan Bau-bau, Wakatobi dan Laut Banda Timur Sultra.
“Tiupan angin memicu tinggi gelombang di wilayah perairan. Ketinggian ombak antara 1,25 meter-2,5 meter. Peringatan dini gelombang tinggi ini berlaku mulai 29 Agustus pukul 20.00 Wita hingga 1 September pukul 20.00 Wita,” jelasnya. (kn)






































