KENDARNEWS.COM — Penataan pasar sentral Laino, Raha masih menjadi “pekerjaan rumah” yang tidak kunjung selesai. Meski Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muna sudah berulang kali melakukan penertiban, namun masalah baru tetap saja muncul. Bahkan saat ini persaingan antar pedagang dalam memerebutkan lokasi berjualan telah memicu kesemrawutan baru.
Pusat perkulakan terbesar di Muna itu memang tidak pernah lepas dari masalah sejak dipugar 2016 lalu. Upaya penataan secara serius sebenarnya sudah dilakukan akhir 2019 lalu. Saat itu, seluruh pedagang direlokasi ke dalam gedung pasar dan lapak pedagang ikan dan sayur yang dibangun permanen.
Hanya saja, harapan melihat pasar Laino tertata rapi dan tertib usai penertiban tersebut belum bisa terwujud. Masalah baru kini muncul setelah 16 pedagang bertahan di pelataran lapak pedagang ikan, area yang seharusnya diperuntukkan sebagai lahan parkir. Mereka tak ingin pindah dengan berbagai alasan. Salah satunya diduga karena sudah terlanjur menyetor sejumlah uang kepada pejabat berwenang.
Parahnya, hal itu memicu kecemburuan pedagang lain. Ancaman membuka lapak di pelataran hingga bahu jalan pun di suarakan dari lebih kurang 200 pedagang yang sebelumnya sudah pindah ke dalam gedung. Bupati Muna LM. Rusman Emba mengakui jika upaya penataan pasar Laino itu bukan hal yang mudah. Butuh kesabaran untuk mengatur kurang lebih 2.000 pedagang yang menggantungkan hidup di sentra perniagaan itu. Pemerintah kata dia, akan tetap berupaya dengan segala kebijakan demi membuat pasar Laino lebih repsentatif.
“Masalah 16 orang pedagang itu kami sudah siapkan solusinya. Hanya saat ini sedang dibicarakan karena menyangkut pihak ketiga,” katanya. Ia melanjutkan, Pemkab berencana meminjam lahan yang dikuasai pihak Labora di sisi selatan gedung pasar. Hanya, rencana itu masih dalam tahap pembicaraan dengan pihak terkait. Namun ia memastikan, kisruh di pasar Laino akan dituntaskan sebelum Idul Fitri tahun ini. “Pokoknya kita upayakan secepatnya,” imbuhnya. (b/ode)