KENDARINEWS.COM — Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) menegaskan arah kebijakan program kerjanya untuk tahun 2026. Fokus utama organisasi ini adalah pengembangan kriya berbasis potensi lokal guna mendorong ekonomi kreatif sekaligus melestarikan warisan budaya daerah.
Ketua Dekranasda Konsel, Nurlita Jaya AS, mengatakan bahwa langkah awal yang akan dilakukan tahun depan adalah pemetaan potensi unggulan di setiap kecamatan. Hasil evaluasi tahun 2025 menunjukkan bahwa kebutuhan dan karakteristik tiap wilayah berbeda, sehingga pembinaan dan pelatihan pengrajin akan diarahkan sesuai keunggulan lokal masing-masing.
“Wilayah Konsel luas, tidak bisa disamaratakan. Kami ingin setiap daerah memiliki identitas produk kriya sendiri, yang kuat dan berdaya jual,” ujar Nurlita usai menghadiri Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Dekranasda Sultra, kemarin.
Beberapa sektor kriya yang menjadi perhatian antara lain kerajinan limbah kayu, batok kelapa, rotan, rajutan, serta kerajinan berbasis kerang. Daerah-daerah penghasil kelapa di bagian selatan, misalnya, diarahkan untuk memanfaatkan batok kelapa menjadi produk bernilai tambah seperti wadah, aksesori, atau hiasan rumah tangga.
Selain pengembangan produk, pelatihan peningkatan keterampilan pengrajin juga menjadi prioritas utama Dekranasda Konsel. Materi pelatihan akan disesuaikan dengan kebutuhan lokal, mencakup teknik pengolahan bahan, inovasi desain, dan strategi pemasaran digital agar pengrajin mampu bersaing di era modern.
Nurlita menegaskan bahwa pelestarian budaya tetap menjadi ruh utama setiap program. Ia mendorong kolaborasi antara Dekranasda dengan lembaga adat Tolaki dan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk memperkuat corak dan motif khas Konawe Selatan.
“Tahun lalu, salah satu motif tenun khas Konawe Selatan telah mendapatkan hak guna pakai resmi. Itu langkah awal untuk memastikan budaya kita terlindungi dan dikenal lebih luas,” ungkapnya.
Ke depan, Dekranasda Konsel juga berencana memperluas jejaring promosi produk kriya ke pasar nasional dan internasional. Langkah ini akan didukung melalui kerja sama dengan pihak swasta, program tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan, serta kemitraan dengan kementerian terkait yang sebelumnya telah membantu pengadaan sarana produksi bagi pengrajin.
“Dekranasda tidak bisa berjalan sendiri. Kolaborasi dengan pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha menjadi kunci agar kriya Konawe Selatan punya tempat di pasar dan menjadi kebanggaan daerah,” tutup Nurlita.
