KENDARINEWS.COM–Pernah merasa jengkel luar biasa hanya karena mendengar suara orang mengunyah, menyeruput kopi, atau bahkan bernapas terlalu keras? Jika iya, bisa jadi kamu bukan sekadar “sensitif”, melainkan mengalami kondisi yang disebut misophonia kepekaan berlebihan terhadap suara tertentu yang bisa memicu reaksi emosional ekstrem.
Apa Itu Misophonia?
Dilansir dari alodokter, Misophonia, atau selective sound sensitivity syndrome, adalah kondisi di mana seseorang bereaksi negatif secara emosional dan fisiologis terhadap suara-suara spesifik. Umumnya, suara yang menjadi pemicu bukanlah suara keras atau berisik, melainkan suara sehari-hari seperti:
- Mengunyah
- Meneguk minuman
- Mengetuk pena
- Bersiul
- Menguap
- Mengecap bibir
Uniknya, suara yang keluar dari diri sendiri tidak memicu respons ini reaksi hanya muncul terhadap suara yang berasal dari orang lain.
Gejala Misophonia: Bukan Sekadar “Gampang Kesal”
Penderita misophonia mengalami respons stres akut saat mendengar suara pemicu. Reaksinya bisa sangat intens dan meliputi:
- Rasa jijik atau tidak nyaman
- Amarah yang muncul tiba-tiba
- Kecemasan atau ketegangan
- Keinginan untuk kabur dari situasi tersebut
- Bahkan rasa panik atau stres berkepanjangan
Akibatnya, banyak penderita misophonia menghindari interaksi sosial, seperti makan bersama, hanya demi menghindari suara-suara yang bisa memicu ledakan emosi.
Cara Mengatasi Misophonia
Hingga kini, misophonia belum diklasifikasikan sebagai gangguan mental resmi dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Namun, beberapa metode telah terbukti efektif meredakan gejalanya, antara lain:
1. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
CBT membantu penderita mengelola pikiran negatif terhadap suara pemicu. Studi menunjukkan bahwa terapi ini secara signifikan dapat mengurangi intensitas reaksi emosional.
2. Tinnitus Retraining Therapy
Menggunakan alat khusus, terapi ini melatih otak untuk mengabaikan suara yang mengganggu dengan memutar suara netral sebagai pengalih.
3. Pengobatan Medis
Obat antidepresan atau anti-kecemasan dapat diresepkan jika misophonia disertai gangguan mental seperti depresi atau gangguan kecemasan.
Tips Praktis Menghadapi Misophonia
Jika kamu merasa mengalami misophonia, coba beberapa langkah berikut untuk mengelola gejalanya:
- Gunakan earplug atau headset untuk meredam suara sekitar.
- Dengarkan white noise atau musik instrumental untuk memblokir suara pemicu.
- Latih teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau relaksasi otot progresif.
Saatnya Peka terhadap Orang Lain
Misophonia mungkin terdengar sepele bagi sebagian orang, namun bagi penderitanya, ini bisa sangat melelahkan secara mental dan sosial. Jika kamu atau orang terdekat menunjukkan tanda-tanda ini, penting untuk mencari bantuan profesional agar kualitas hidup tetap terjaga.(*)
