Sampah Plastik di Laut: Ancaman Nyata bagi Ekosistem dan Kesehatan Manusia

KENDARINEWS.COM–Sampah plastik yang terbuang ke lautan kini menjadi salah satu penyebab utama kerusakan ekosistem laut yang selama ini terbentuk secara alami. Tanpa disadari, plastik-plastik yang kita buang sembarangan, mulai dari kemasan makanan, botol minuman, hingga mikroplastik yang nyaris tak terlihat terus mencemari laut dan membawa dampak serius, bukan hanya bagi kehidupan laut, tetapi juga bagi kesehatan manusia.

Ancaman Mikro dan Nanoplastik

Sampah plastik hadir dalam berbagai ukuran. Berdasarkan ukurannya, ia terbagi menjadi dua jenis: mikro-debris dan nano-debris.

Mikroplastik, berukuran 0,1 hingga 5 mm, berasal dari pelapukan plastik besar, serat sintetis dari pakaian, hingga pecahan botol. Mikroplastik ini sering kali tertelan oleh plankton, yang merupakan bagian dasar rantai makanan laut. Ketika plankton tercemar, racun dalam plastik ikut naik ke level konsumen berikutnya—ikan kecil, ikan besar, hingga predator puncak seperti paus, lumba-lumba, bahkan manusia. Akumulasi mikroplastik ini dapat mengganggu sistem pencernaan dan menyebabkan kematian organisme laut.

Lebih kecil lagi, nanoplastik memiliki ukuran di bawah 0,1 mm. Karena partikelnya sangat kecil, ia dapat masuk ke jaringan tubuh organisme laut, termasuk manusia. Melalui konsumsi makanan laut yang telah terkontaminasi, nanoplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan berbagai risiko kesehatan, mulai dari gangguan saraf, peradangan kronis, hingga potensi gangguan kardiovaskular.

7 Dampak Serius Sampah Plastik di Laut

Berikut beberapa dampak seriusnya, seperti dilansir dari yiari.or.id:

  1. Mengancam Kehidupan Biota Laut
    Banyak hewan laut sering kali keliru mengira plastik sebagai makanan. Misalnya, penyu laut yang memakan kantong plastik karena menyerupai ubur-ubur. Plastik yang tertelan menyebabkan rasa kenyang palsu, sehingga penyu tak lagi mencari makanan bergizi dan akhirnya mati karena malnutrisi. Selain itu, plastik membawa racun yang dapat mengganggu sistem tubuh hewan laut.
  2. Merusak Habitat Laut
    Sampah plastik yang mengendap di dasar laut atau menempel pada terumbu karang dapat menyebabkan kerusakan fisik pada habitat penting. Penutupan cahaya dan gangguan pada aliran nutrisi membuat ekosistem seperti padang lamun dan karang menjadi rusak parah, mengancam keseimbangan biodiversitas laut.
  3. Menghambat Pertumbuhan Terumbu Karang
    Terumbu karang yang tertutup plastik tidak dapat menerima cahaya matahari yang dibutuhkan untuk fotosintesis. Plastik juga bisa menjadi pembawa patogen, seperti bakteri penyebab white syndrome, yang menginfeksi dan membunuh karang. Akibatnya, ekosistem karang yang penting bagi banyak spesies laut menjadi terancam punah.
  4. Mencemari Rantai Makanan
    Mikroplastik yang dimakan oleh plankton berpindah melalui rantai makanan ke ikan besar hingga manusia. Kandungan kimia dalam plastik ini dapat merusak sistem hormon (endokrin), metabolisme, dan organ tubuh manusia jika terakumulasi dalam jumlah besar.
  5. Pencemaran Kimia yang Berbahaya
    Plastik mengandung bahan kimia seperti pewarna, stabilizer, dan zat aditif lainnya. Ketika plastik terurai di laut, bahan kimia ini larut ke dalam air dan mencemari lingkungan. Senyawa beracun seperti PCB dan dioxins dapat terakumulasi dalam jaringan ikan dan berdampak pada kesehatan manusia serta populasi laut secara luas.
  6. Biaya Pembersihan yang Sangat Tinggi
    Mengangkat sampah plastik dari lautan bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan biaya besar, kapal khusus, dan teknologi pemilah sampah yang canggih. Sayangnya, upaya ini bersifat sementara karena plastik terus masuk ke laut setiap harinya. Oleh karena itu, pendekatan preventif jauh lebih efektif daripada sekadar membersihkan.
  7. Mengancam Pariwisata dan Ekonomi Lokal
    Pantai yang dipenuhi sampah plastik kehilangan daya tariknya. Wisatawan enggan datang ke destinasi wisata yang tercemar, yang berdampak langsung pada pendapatan masyarakat lokal seperti pedagang, pemandu wisata, dan penyedia akomodasi. Di beberapa tempat seperti Bali dan Kepulauan Seribu, masalah ini sudah menjadi perhatian serius.

Plastik: Dari Inovasi Menjadi Ancaman

Plastik memang pernah dianggap sebagai solusi praktis dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, dalam praktiknya, tanpa pengelolaan yang baik, plastik telah berubah menjadi salah satu polutan paling merusak lingkungan.

Masalah ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan teknologi. Perubahan gaya hidup, kebijakan yang ketat, dan kesadaran kolektif masyarakat sangat diperlukan agar sampah plastik tidak lagi mencemari lautan dan mengancam masa depan kita bersama.(*)