KENDARINEWS.COM–Di tengah harga bahan pokok yang terus meningkat, banyak masyarakat yang memilih menggunakan minyak goreng secara berulang kali sebagai bentuk penghematan. Namun, kebiasaan ini ternyata menyimpan ancaman serius bagi kesehatan.
Minyak goreng yang sudah dipakai berkali-kali hingga berubah warna menjadi hitam mengandung berbagai zat berbahaya. Semakin sering dipanaskan, minyak mengalami oksidasi dan menghasilkan senyawa beracun seperti aldehida dan akrolein yang berpotensi memicu gangguan pernapasan serta memperparah kondisi penderita asma.
Tak hanya itu, minyak hitam juga dapat menjadi sumber senyawa karsinogenik seperti benzopiren, yang dikenal sebagai pemicu kanker, terutama di saluran pencernaan dan hati. Penggunaan minyak yang rusak juga memicu pembentukan lemak trans dan radikal bebas, yang meningkatkan risiko penyakit jantung, termasuk penyumbatan pembuluh darah dan serangan jantung.
Dari sisi pencernaan, minyak yang sudah rusak sulit diurai oleh tubuh, menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare, nyeri perut, hingga peradangan usus. Kandungan toksik di dalamnya juga bisa merusak sel lambung.
Tidak kalah penting, paparan radikal bebas dari minyak goreng yang telah menghitam juga berisiko melemahkan sistem kekebalan tubuh, menjadikan tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
Selain efek kesehatan, kualitas makanan pun turut menurun. Makanan yang digoreng dengan minyak bekas cenderung lebih berminyak, beraroma tidak sedap, dan memiliki rasa yang kurang enak.
Langkah Pencegahan:
Dilansir dari fajar, untuk menghindari dampak buruk dari penggunaan minyak bekas, masyarakat disarankan:
- Gunakan minyak maksimal 2–3 kali pemakaian.
- Pilih minyak dengan titik asap tinggi seperti minyak kelapa atau minyak kanola.
- Saring minyak setelah digunakan agar sisa makanan tidak mempercepat kerusakan minyak.
- Hindari pemanasan minyak dengan suhu terlalu tinggi.
- Pertimbangkan teknik memasak alternatif seperti mengukus, memanggang, atau merebus.
Penggunaan minyak yang tepat tidak hanya meningkatkan kualitas makanan, tetapi juga menjaga kesehatan dalam jangka panjang. Menghemat bukan berarti mengorbankan keselamatan keluarga.(*)
