Hilirisasi Pertanian: Menjaga Ketahanan Pangan,Mendorong Ekonomi Berkelanjutan

Ketua Umum ISEI Perry Warjiyo saat Kongres ISEI XXII 2024 di Surakarta menyampaikan strategi perluasan hilirisasi pangan di Indonesia dapat diterapkan secara bertahap dimana perlu dibagi menjadi dua fokus jangka waktu, yakni jangka pendek dan jangka panjang. Hilirisasi jangka pendek diarahkan pada komoditas yang menopang ketahanan pangan serta bergantung pada ketersediaan teknologi sederhana yang mudah diakses petani lokal. Sedangkan hilirisasi jangka panjang berfokus pada komoditas yang memiliki potensi besar dan bergantung pada investasi pengembangan teknologi tinggi. Adapun beberapa ko moditas yang dapat didorong adalah beras, perikanan, aneka cabai, bawang merah, rumput laut, dan kakao.

Afandi & Feryanto (2023) menyusun matiks prioritas hilirisasi pangan di Indonesia berdasarkan Derajat Kepekaan (DK) dan Derajat Penyebaran (DP). Komoditas prioritas I dan II merupakan komoditas hilirisasi pangan jangka pendek serta komoditas prioritas III dan IV merupakan komoditas hilirisasi pangan jangka panjang. Berdasarkan matriks prioritas hilirisasi pangan tersebut, maka komoditas jangka pendek yang menjadi fokus di Sultra adalah beras, aneka cabai, bawang merah, dan perikanan. Sedangkan komoditas jangka panjang yang menjadi fokus di Sultra adalah rumput laut, kopi, dan kakao. Beras dapat dijadikan tepung beras, serta cabai dan bawang merah dapat dijadikan produk turunan yang lebih tahan lama seperti bawang goreng atau sambal dan bubuk cabai kemasan. Hilirisasi rumput laut, kopi, dan kakao dapat dibentuk dalam skala industri untuk menjadi berbagai produk turunan seperti produk kecantikan sampai produk makanan ringan premium.

Secara keseluruhan, sektor Pertanian dan Perikanan Sultra memiliki potensi yang sangat besar. Potensi yang besar ini perlu didorong dengan hilirisasi industri sehingga dapat meningkatkan nilai tambah produk Sultra. Selain itu untuk bisa maju dengan hilirisasinya Sultra juga memerlukan kualitas SDM unggul untuk mampu menjadi motor penggerak perekonomian daerah. Dilihat dari data indeks pembangunan manusia (IPM) pada tahun 2023, IPM Sultra tercatat sebesar 72,94 atau berada di bawah nasional yang tercatat sebesar 74,39 (BPS, 2023). Di sisi lain, jumlah penduduk Sultra tercatat sebesar 2,75 juta jiwa pada tahun 2023. Jumlah penduduk ini relatif rendah dengan luas wilayah sebesar 38.067,7 km2. Dengan jumlah penduduk yang relatif rendah ini, Sultra dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan produktivitas sekaligus meningkatkan pendapatan per kapita penduduk sehingga bisa menjadi daerah dengan high income. Oleh sebab itu, perlu adanya peningkatan pada sisi indeks pembangunan manusia yang diukur melalui tiga hal, yaitu pendidikan, kesehatan, dan pendapatan sehingga hilirisasi dapat didorong secara optimal.