KENDARIPOS.CO.ID — Bupati Konawe, Kery Saiful Konggoasa, berkomitmen menekan angka kasus penyakit tubuh kerdil atau stunting, di otoritanya. Apalagi dari data yang diterimanya, persentase prevelensi kasus stunting di Konawe mencapai 26,2 persen. 1.042 anak didiagnosa menderita penyakit stunting. Untuk menekan kasus tersebut, Kery menyiapkan tiga pendekatan untuk melakukan percepatan penurunan stunting di Konawe.

Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa mengatakan, strategi penurunan angka stunting, dimulai dengan melakukan pendekatan terhadap keluarga beresiko stunting. Yakni, pencegahan lahirnya bayi berisiko stunting dan penanganan balita stunting. Pendekatan kedua, melibatkan multi sektor dan pihak. Strategi tersebut dilakukan lewat kerja sama dengan lembaga khusus yang berkepentingan untuk menangani stunting. Misalnya, organisasi profesi, lembaga pendidikan, dunia usaha, tokoh masyarakat, serta mitra lainnya. “Pendekatan terakhir, melalui intervensi visi terpadu. Caranya itu dengan melakukan intervensi spesifik. Yang mana, fokus kita itu terhadap kesehatan dan kecukupan gizi tiga bulan calon pengantin, ibu hamil, serta balita yang didukung dengan bantuan sosial,” ujar Kery Saiful Konggoasa.
Senada dengan itu, Sekretaris Kabupaten (Sekab) Konawe, Ferdinand Sapan, menuturkan, aspek lain yang menjadi perhatian pemkab terkait stunting yaitu 1.000 hari kehidupan pertama bayi, termasuk keluarganya yang berisiko stunting. Ferdinand juga mengingatkan, stunting harus menjadi gerakan bersama. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemkab terkait, mesti menempatkan masalah stunting sebagai prioritas penanganan dalam program kerja yang direncanakan. “Ini harus menjadi perhatian kita semua. Persoalan stunting ini menentukan generasi kita selanjutnya. Stunting dapat mempengaruhi kecerdasan intelektual anak dalam tumbuh kembangnya,” ungkap Ferdinand Sapan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Konawe, Tam Sati Sam, mengemukakan, Pemkab akan melakukan intervensi penanganan stunting pada 49 desa di 11 kecamatan pada tahun 2022. 11 kecamatan lokasi khusus (lokus) pencegahan stunting tersebut adalah Soropia, Kapoiala, Amonggedo, Pondidaha, Wonggeduku Barat, Konawe, Lambuya, Puriala, Abuki, Padangguni serta Asinua. “Pencegahan stunting dimulai dari hulu ke hilir. Artinya, program pencegahan stunting yang kami lakukan itu mulai dari sosialisasi kepada calon pengantin atau para remaja, ibu hamil, pasca melahirkan dan orang tua yang memiliki bayi umur 0-59 bulan,” imbuhnya.
Tam Sati Sam menjelaskan, kasus stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan mulai terlihat saat anak berusia dua tahun. Penyebabnya, faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik. Terutama, pola pemberian makan sang bayi yang tidak memenuhi asupan gizi yang cukup. “Ibu yang masa remaja atau saat kehamilannya kurang nutrisi, punya pengaruh terhadap pertumbuhan tubuh maupun otak anaknya. Faktor lainnya, bisa juga disebabkan infeksi pada sang ibu, jarak kelahiran yang pendek, bahkan hipertensi,” bebernya. (adi/adv)