
suasana pelaksanaan Kejar Prestasi anak Indonesia (KREasI).
KENDARINEWS.COM– Dalam rangka mendorong literasi dan inklusi keuangan di kalangan pelajar, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan (FKIJK) Sultra, Kantor Wilayah Kementrian Agama Sultra, dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra menggelar kegiatan Kejar Prestasi Anak Indonesia (KREASI), Selasa (24/8) lalu.
KREASI merupakan salah satu bentuk dukungan OJK untuk memperluas dan meningkatkan akses dan literasi keuangan masyarakat di pelosok negeri, dengan implementasi program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) tahun 2021.
Kegiatan KREASI dengan tema ”Satu Rekening Satu Pelajar, Wujudkan Impian Anak Indonesia” dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan. Di antaranya, penyerahan simbolis pembukaan 850 rekening pelajar dari PT BPD Sultra kepada SMA Negeri 4 Kendari, edukasi keuangan dan sosialisasi program KEJAR, serta kuis virtual.
Kegiatan itu juga dirangkaikan dengan peluncuran buku saku edukasi keuangan berbasis budaya (Ekabaya) oleh Wakil Gubernur Sultra, Lukman Abunawas selaku ketua masyarakat adat suku Tolaki.
“Kami sangat mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan OJK untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya menabung khususnya kepada para pelajar di Sultra,” tutur Lukman Abunawas.
Ia menjelaskan, pada periode Januari sampai Maret 2021, pembukaan rekening Simpanan Pelajar atau Simpel/Simpel iB sebanyak 29,03 juta rekening dari para pelajar di 403.095 sekolah di Indonesia dengan nominal tabungan mencapai Rp 5,99 triliun.
Pencapaian program KEJAR yang ditargetkan sebanyak 64.634.863 rekening untuk sekolah yang berada di bawah kewenangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementrian Agama (Kemenag) sampai dengan tahun 2021 telah mencapai 38,26 juta rekening. Dengan kata lain, 59,20 persen pelajar di Indonesia telah memiliki rekening.
Sementara itu, Kepala OJK Sultra, Arjaya Dwi Raya mengungkapkan, gerakan menabung untuk pelajar merupakan hal yang sangat krusial mengingat jumlahnya yang mencapai 65 juta jiwa atau 25 persen dari total penduduk Indonesia.
Pelajar termasuk kategori critical economic players (pelaku ekonomi yang sangat strategis) yang perlu dibekali pemahaman keuangan yang memadai.
Survei OJK 2019 menunjukkan bahwa para pelajar umumnya memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang relatif rendah.
Tingkat literasi keuangan penduduk berusia 15-17 tahun hanya 16 persen atau jauh di bawah tingkat literasi keuangan nasional sebesar 38 persen. Kondisi tingkat inklusi keuangan penduduk berusia 15-17 tahun juga relatif rendah, yaitu 58 persen atau jauh di bawah tingkat inklusi keuangan nasional sebesar 76 persen.
“Di samiping itu, para pelajar juga lebih rentan dari sisi keuangan karena belum memahami pentingnya menabung atau berinvestasi termasuk menyiapkan dana darurat serta mudah dipengaruhi tawaran influencer di media sosial,” ujar Arjaya. (uli/b)