KENDARINEWS.COM — Channel 12 Israel melaporkan, mengutip pejabat Amerika Serikat (AS), bahwa Washington mendorong partisipasi Turki dalam pasukan internasional di Jalur Gaza, meskipun Israel menentangnya, dikutip dari Sindonews.com. Rencana pembentukan pasukan internasional ini masih dalam tahap penyusunan dan diperkirakan akan disampaikan kepada Israel dan negara-negara Arab dalam beberapa pekan mendatang.
Menurut pejabat terkait, Tel Aviv menyatakan kekhawatiran karena Israel tidak akan memiliki kendali atas pasukan internasional yang beroperasi di Gaza. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya menekankan bahwa kehadiran pasukan Turki di Gaza merupakan “garis merah” yang tidak dapat dinegosiasikan.
Sementara itu, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman membahas melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pentingnya memastikan implementasi penuh perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Doha dan Washington juga membicarakan langkah-langkah untuk memperkuat kerja sama strategis dan upaya regional untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan di kawasan.
Sejak dimulainya gencatan senjata pada 10 Oktober, Hamas telah membebaskan 20 sandera Israel dan menyerahkan jenazah 19 dari 28 tawanan, meski Israel mengklaim salah satu jenazah tidak sesuai dengan daftar sandera.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, Israel telah menewaskan 211 warga Palestina dan melukai 597 lainnya sejak gencatan senjata terbaru. Israel mengaitkan negosiasi fase kedua gencatan senjata dengan penyerahan seluruh sandera, sementara Hamas memperingatkan bahwa proses ini membutuhkan waktu karena kerusakan besar di Gaza.
Fase pertama kesepakatan mencakup pembebasan sandera Israel dengan imbalan hampir 2.000 tahanan Palestina, pembangunan kembali Gaza, dan pembentukan mekanisme pemerintahan baru tanpa Hamas. Sejak Oktober 2023, konflik telah menewaskan lebih dari 68.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 170.600 lainnya di Gaza. (*)
