Aksi Massa Usai Tewasnya Ojol Affan Membara, Pemuka Agama Serukan Rekonsiliasi

KENDARINEWS.COM –Aksi unjuk rasa menuntut keadilan atas kematian pengemudi ojek online (ojol) Affan Kurniawan, yang tewas usai dilindas kendaraan taktis Brimob saat demonstrasi 28 Agustus lalu, terus berlanjut hingga Jumat (29/8) malam. Bahkan, kericuhan dilaporkan meluas ke sejumlah kota hingga Sabtu (30/8) dini hari WIB.

Situasi ini memicu keprihatinan berbagai pihak, termasuk pemuka agama lintas iman, Majelis Ulama Indonesia (MUI), hingga tokoh bangsa. Mereka menyerukan agar seluruh pihak menahan diri dan mengedepankan rekonsiliasi demi mencegah korban jiwa berjatuhan kembali.

Dalam Petisi Keprihatinan Kebangsaan yang ditandatangani 92 rohaniwan lintas agama, para tokoh menyerukan agar bangsa Indonesia bersatu dalam karya rekonsiliasi transformatif. Petisi tersebut juga mengkritik para elite bangsa yang dinilai abai terhadap kesejahteraan rakyat.

“Realitas ini nyata dan harus dilihat dari perspektif korban, bukan semata kepentingan elite bangsa,” demikian bunyi petisi yang didukung oleh sejumlah tokoh, di antaranya Dadang Sudarja (LPBINU Jabar), Budi Setiawan (MDMC Muhammadiyah), Syamsul Ardiansyah (Dompet Dhuafa), Ferdo Raturandang (Bikers For Christ), Pdt Hananto Kusumo (GKJ/UKSW), dan Pendeta Victor Rembeth.

Para rohaniwan juga mengingatkan agar para buzzer, politisi, hingga pemuka agama tidak terjebak dalam narasi pembenaran yang salah. “Kami mengajak semua yang mencintai bangsa ini tetap berjalan dalam kebenaran, meski prihatin dan sedih, namun tetap cinta Indonesia,” tulis mereka dikutip dari cnn indonesia.

Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta agar aksi unjuk rasa tidak lagi dilakukan dengan cara anarkis. Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi MUI, Masduki Baidlowi, menegaskan bahwa demonstrasi memang hak warga negara, tetapi bila menimbulkan keresahan publik, sebaiknya dihentikan.

“Demo adalah hak warga negara, tetapi ketika sudah menimbulkan kerusakan, keresahan, dan kesulitan bagi publik, saya kira itu harus dihentikan,” ujarnya. Ia juga meminta aparat mengedepankan pendekatan persuasif dalam menjaga ketertiban.

Hal senada disampaikan oleh Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla (JK). Ia menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya Affan dan meminta agar polisi mengusut tuntas insiden tersebut. JK juga mengingatkan bahwa kericuhan berkepanjangan bisa berdampak langsung pada stabilitas ekonomi nasional.

“Jika kita bergejolak seperti ini, maka kehidupan ekonomi akan berhenti. Ini bisa berakibat panjang,” kata JK.

Ia menekankan agar pejabat dan anggota legislatif menahan diri dalam setiap ucapan maupun tindakan. “Jangan asal bicara yang bisa menghina dan menyakiti hati masyarakat,” ujarnya.

JK menambahkan, momentum ini seharusnya menjadi pelajaran penting bagi pemerintah, aparat, dan seluruh pihak untuk menjaga kondusivitas nasional.(*)