KENDARINEWS.COM–Bayangkan, setiap kali kita menarik napas di kota besar seperti Jakarta, kita juga menghirup partikel-partikel kecil tak kasat mata yang perlahan merusak paru-paru, menyerang jantung, bahkan berdampak pada otak. Ini bukan skenario fiksi ilmiah. Ini kenyataan. Dan ini sedang terjadi—sekarang
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, lebih dari 7 juta orang meninggal setiap tahun akibat polusi udara. Angka ini setara dengan gabungan populasi beberapa kota besar di Indonesia. Dan jika Anda pikir Indonesia aman, pikirkan lagi: Jakarta masuk dalam lima besar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Bahkan, kadar polutan PM2.5 di Jakarta lebih dari 10 kali lipat dari batas aman tahunan yang ditetapkan WHO.
Di Balik Kabut: Siapa yang Bertanggung Jawab?
Polusi tidak hadir dari satu sumber. Ia adalah hasil akumulasi aktivitas sehari-hari yang dilansir dari ayosehat:
- Jalanan padat kendaraan yang setiap harinya menyemburkan karbon monoksida dan ozon ke udara.
- Cerobong pabrik dan pembangkit listrik yang mengepul tanpa henti, melepaskan NO2 dan SO2 dalam skala besar.
- Kebakaran hutan yang terjadi tiap musim kemarau, mencemari langit dan paru-paru kita.
- Bahkan aktivitas sederhana di rumah seperti menyalakan rokok, menggunakan AC, hingga membakar sampah ikut mencemari udara.
Napas Beracun, Dampak Menghantui
Efek polusi udara bukan hanya sekadar batuk ringan. Berikut beberapa gangguan serius yang bisa muncul:
- Mata perih dan kering
- Hidung gatal dan beringus terus-menerus (rhinitis)
- Asma dan sesak napas
- Penyakit paru kronis yang tak bisa disembuhkan (PPOK)
- Kanker paru-paru
- Penyakit jantung dan stroke
- Gangguan otak dan daya ingat
- Masalah kesuburan hingga keguguran
- Kanker kulit karena zat beracun yang menempel di permukaan tubuh
Bayangkan seorang anak kecil yang tinggal di lingkungan dengan udara kotor. Sejak kecil paru-parunya sudah harus bekerja lebih keras, dan risiko penyakit di masa depannya meningkat drastis.
Saatnya Bergerak, Mulai dari Diri Sendiri
Mengurangi dampak polusi udara memang bukan perkara mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Berikut langkah sederhana yang bisa dilakukan:
- Cek kualitas udara harian lewat aplikasi seperti IQAir, dan hindari keluar rumah saat polusi tinggi.
- Gunakan masker berkualitas tinggi (KN95/KF94) saat di luar rumah.
- Kurangi kendaraan pribadi, pilih transportasi umum atau bersepeda.
- Bijak pakai listrik, matikan alat yang tidak digunakan.
- Stop merokok dan membakar sampah.
- Rawat tubuh dengan gaya hidup sehat dan konsumsi antioksidan alami.
- Tanam tanaman penyerap polutan di rumah.
- Gunakan produk ramah lingkungan, hindari bahan kimia keras di rumah.
Akhir Kata: Jangan Diam, Napasmu Terlalu Berharga
Bukan hanya pemerintah, kita semua punya peran dalam menjaga kualitas udara. Jika kita tetap diam dan pasrah, maka generasi mendatang akan mewarisi udara yang jauh lebih kotor dari hari ini. Mari ubah gaya hidup, edukasi sesama, dan jadikan udara bersih sebagai hak yang layak diperjuangkan.(*)
