KENDARINEWS.COM — Satu lagi buku yang menyajikan sosok mantan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Nur Alam kembali diterbitkan. Namun kali isinya relatif berbeda. Jika sebelumnya berisi tentang karya Nur Alam, buku berjudul Dipaksa kalah Divonis Salah ini berisi tentang perkara hukum yang menjerat mantan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) Sultra.
“Alhamdulillah, esok buku berjudul Dipaksa kalah Divonis Salah ini akan kita luncurkan. Peluncuran buku ini sekaligus akan dirangkaikan dengan bedah buku yang menghadirkan sejumlah pakar hukum dan tata negara,” kata Radhan Algindo saat menggelar konfrensi Pers di rumah kediaman Nur Alam, Minggu (6/3).
Baginya, kisah Nur Alam memang perlu dibukukan. Paling tidak menjadi bahan perenungan, pembelajaran dan motivasi. Bagaimana Nur Alam berjuang mencari keadilan atas kasus hukum yang menjeratnya. Begitupun perjuangan pria kelahiran 9 Juli 1967 ini jatuh bangun membangun karir hingga menjadi orang nomor satu di Sultra.
“Kalau tidak dibukukan. Cerita tentang sepak terjang mengenai Nur Alam
perlahan akan hilang. Padahal banyak karya dan cerita yang bisa menjadi bahan motivasi. Buku ini sekaligus menjawab rasa penasaran masyarakat Sultra terhadap pokok perkara yang menjerat Nur Alam,” jelasnya.
Sitya Giona Nur Alam memastikan acara bedah buku Dipaksa kalah Divonis Salah sudah siap termasuk pematerinya. Adapun pakar yang akan hadir adalah Ketua Mahkamah Konstitusi 2013-2015 Dr Hamdam Zoelva SH MH, Ahli Hukum Pidana Dr M. Arif Setiawan SH MH (virtual) dan ahli hukum tata negara Dr Margarito Kamis SH M.Hum.
“Sebanyak 500 undangan yang disiapkan telah disebar. Bahkan sejumlah kepala daerah telah memastikan akan hadir. Maaf, tidak semaunya bisa kita undang. Pandemi covid belum berakhir. Makanya, undangannya dibatasi,” ujarnya.
Penulis Buku Dipaksa kalah Divonis Salah, Naema Herawati mengatakan kisah Nur Alam begitu menginspirasi. Putera bungsu dari keluarga sederhana di Konda, Konawe Selatan (Konsel) mampu sukses meraih karir sebagai pengusaha dan kepala daerah. Begitupun dengan ketabahan Nur Alam menerima ketidakadilan atas kasus hukumnya.
“Sebagai penulis, saya banyak belajar dari kisah Nur Alam yang begitu menginspirasi. Banyak pelajaran yang saya peroleh. Kegigihan, perjuangan membangun Sultra. Buku ini juga menceritakan psikologis Nur Alam dan keluarga menyikapi permasalahan ini,” ujarnya. (mal)
