Harga Emas Dunia Melemah di Bawah US$4.000, Tertekan Ketidakpastian Suku Bunga The Fed

KENDARIPOS.COM — Harga emas dunia kembali tergelincir pada awal pekan ini setelah sempat menembus rekor tertinggi. Pelemahan terjadi seiring meningkatnya ketidakpastian pasar terkait arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve.

Pada perdagangan Senin (3/11/2025) hingga pukul 06.22 WIB, harga emas di pasar spot turun 0,09% ke posisi US$3.998,19 per troy ons, kembali jatuh dari level psikologis US$4.000.
Sebelumnya, pada Jumat (31/10/2025), harga emas juga anjlok 0,53% ke level US$4.001,78 per troy ons, setelah mencatatkan kenaikan signifikan hingga 2% di sesi sebelumnya.

Pelemahan ini menandai koreksi lanjutan setelah emas sempat jatuh selama empat hari beruntun pada 24–29 Oktober 2025, meski masih berada di jalur kenaikan bulanan ketiganya secara berturut-turut, dikutip dari CNBC Indonesia.

Harga emas tertekan oleh ketidakpastian pasar mengenai prospek pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini.
Presiden The Federal Reserve Bank of Cleveland, Beth Hammack, pada Jumat lalu menyatakan penolakannya terhadap pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat, dengan alasan inflasi masih perlu ditekan melalui kebijakan yang ketat.

“Hammack sedang gencar mengobarkan semangat emas karena ia menjadi Presiden The Fed regional ketiga yang secara terbuka menentang penurunan suku bunga lebih lanjut pada tahap ini mengingat inflasi yang tinggi,” ujar Tai Wong, pedagang logam independen, dikutip dari CNBC Indonesia.

Meski The Fed telah memangkas suku bunga pada Rabu pekan lalu, pernyataan hawkish Ketua The Fed Jerome Powell membuat pasar menurunkan ekspektasi pemangkasan berikutnya. Berdasarkan alat CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga pada Desember 2025 kini hanya 63%, turun dari lebih dari 90% di awal pekan.

Kenaikan indeks dolar AS (DXY) juga turut menekan harga emas. Pada perdagangan Jumat (31/10/2025), DXY menguat 0,28% ke level 99,80, mendekati titik tertinggi tiga bulan. Dolar yang kuat membuat harga emas yang dihargakan dalam mata uang AS menjadi lebih mahal bagi investor luar negeri.

Meskipun mengalami pelemahan dalam beberapa sesi terakhir, harga emas masih naik sekitar 53% sepanjang tahun 2025, didorong oleh ketidakpastian ekonomi global dan permintaan dari bank sentral.
Logam mulia ini bahkan sempat mencetak rekor tertinggi di US$4.381,21 per troy ons pada 20 Oktober 2025.

Analis menilai, tekanan jangka pendek ini tidak mengubah tren kenaikan jangka menengah emas, selama kondisi makroekonomi global masih dibayangi ketidakpastian dan risiko geopolitik. Lembaga keuangan global Morgan Stanley menyatakan pihaknya masih melihat potensi kenaikan harga emas dalam jangka menengah.

“Aksi harga baru-baru ini membawa emas ke wilayah jenuh beli berdasarkan RSI (Indeks Kekuatan Relatif), tetapi koreksi baru-baru ini telah membawanya ke level yang lebih sehat,” tulis Morgan Stanley dalam catatan risetnya.

Bank investasi tersebut memperkirakan harga emas akan mencapai rata-rata US$4.300 per troy ons pada semester pertama tahun 2026, didorong oleh kombinasi penurunan suku bunga global, arus masuk dana ETF, pembelian oleh bank sentral, serta ketidakpastian ekonomi yang masih tinggi.

Namun, Morgan Stanley juga memperingatkan adanya risiko volatilitas harga, termasuk kemungkinan investor beralih ke aset lain atau perubahan kebijakan cadangan emas oleh bank sentral.

Selain faktor moneter, pasar emas juga mencermati perkembangan politik global. Presiden AS Donald Trump pada Kamis (30/10/2025) mengumumkan rencana menurunkan tarif terhadap China dari 57% menjadi 47%. Langkah ini disebut sebagai imbalan atas komitmen Beijing untuk menindak perdagangan fentanil ilegal, melanjutkan pembelian kedelai asal AS, dan memastikan kelancaran ekspor logam tanah jarang. (*)