Kasus Keracunan MBG, Sultan HB X Ingatkan Pola Masak di Dapur Sekolah

KENDARINEWS.COM –Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, akhirnya buka suara terkait kasus keracunan massal pascakonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hingga kini, tercatat sudah terjadi tiga kasus di Sleman, Kulon Progo, dan Gunungkidul dengan korban ratusan siswa.

Sultan menilai, salah satu penyebab utama keracunan adalah pola memasak yang tidak memperhitungkan kualitas dan daya tahan makanan. Hidangan yang dimasak terlalu dini dan baru dikonsumsi beberapa jam kemudian, kata dia, berpotensi rusak dan menimbulkan masalah kesehatan.

“Kalau pesenan 50, mungkin jam setengah lima pagi sudah masak. Tapi kalau makannya jam delapan bahkan jam sepuluh pagi, apalagi jumlahnya dobel jadi seratus, masaknya bisa mulai jam setengah dua pagi. Sayurnya jelas layu, dan itu bisa sebabkan keracunan,” ujar Sultan di DPRD DIY, Jumat (19/9).

Untuk mencegah kasus serupa, Sultan meminta agar jumlah tenaga masak ditambah sehingga waktu memasak lebih dekat dengan waktu makan. Selain itu, pemerintah kabupaten/kota juga diminta lebih ketat mengawasi kualitas makanan MBG di sekolah-sekolah.

“Kalau higienitas relatif, tapi kalau masaknya terlalu malam untuk jumlah besar, itu logikanya pasti berisiko,” tegasnya dikutip dari cnn indonesia.

DPRD DIY Minta Pengawasan Ditingkatkan

Ketua DPRD DIY, Nuryadi, juga menyoroti kasus ini. Ia meminta setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) meningkatkan standar mutu pangan hingga kebersihan hidangan MBG.

Meski begitu, ia mengakui kewenangan pengawasan masih terbatas karena program MBG merupakan kebijakan pemerintah pusat melalui Badan Gizi Nasional (BGN).

“Posisi kami di daerah belum punya pintu langsung ke situ. Tapi kami tetap akan ikut mengawasi agar kasus keracunan tidak terulang lagi,” ujarnya.

Dengan adanya evaluasi dari berbagai pihak, pemerintah daerah berharap program MBG tetap berjalan sesuai tujuan mulia: memastikan setiap siswa mendapat makanan sehat tanpa membahayakan kesehatan.(*)