KENDARINEWS.COM–Meniup makanan panas sebelum menyantapnya adalah kebiasaan yang dilakukan banyak orang untuk mencegah lidah terbakar. Namun, di balik kebiasaan sederhana ini, ternyata ada sejumlah fakta medis yang patut diperhatikan, terutama jika makanan tersebut akan dibagikan kepada orang lain.
Kenapa Meniup Makanan Jadi Kebiasaan?
Makanan yang baru matang biasanya memiliki suhu tinggi yang bisa menyebabkan luka bakar ringan pada permukaan lidah atau rongga mulut. Karena itu, meniup makanan menjadi solusi cepat untuk menurunkan suhu sebelum dikonsumsi.
Dalam beberapa kasus, mengonsumsi makanan terlalu panas bisa merusak papila bagian kecil pada permukaan lidah yang bertanggung jawab mengenali rasa. Kerusakan pada papila bisa menurunkan kemampuan mengecap, menyebabkan makanan terasa hambar, bahkan mengurangi selera makan secara keseluruhan.
Risiko Kesehatan di Balik Meniup Makanan
Meski tampak sepele, meniup makanan terutama jika dilakukan untuk orang lain dapat menjadi jalur penularan penyakit. Saat meniup, air liur dari mulut bisa saja berpindah ke makanan yang akan dikonsumsi orang lain.
Hal ini menjadi berisiko jika peniup sedang dalam kondisi tidak sehat. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air liur di antaranya adalah:
- Pilek dan flu
- Infeksi saluran pernapasan
- Hepatitis B dan C
Selain itu, meniup makanan yang sangat panas juga bisa berbahaya bagi diri sendiri. Uap panas yang mengenai wajah atau terhirup bisa menyebabkan:
- Iritasi pada mata dan saluran napas
- Rasa sesak, batuk, hingga kesulitan menelan
- Luka bakar ringan pada selaput lendir mulut dan hidung
Apakah Aman Meniup Makanan untuk Diri Sendiri?
Selama makanan dimakan sendiri dan meniup dilakukan secara hati-hati, kebiasaan ini tidak berbahaya. Bahkan, meniup makanan dapat membantu mencegah luka pada lidah yang disebabkan oleh suhu ekstrem.
Namun, disarankan untuk menunggu beberapa saat terlebih dahulu, hingga makanan sedikit hangat, sebelum meniup atau menyantapnya.
Alternatif Aman untuk Mendinginkan Makanan
Jika makanan panas akan diberikan kepada orang lain, ada cara-cara yang lebih aman untuk menurunkan suhunya, seperti dilansir dari alodokter antara lain:
- Memotong makanan menjadi bagian yang lebih kecil
- Memindahkan makanan ke wadah yang lebih tipis atau kecil
- Meratakan makanan di permukaan piring
- Mengaduk makanan secara berkala
- Mengangin-anginkan makanan menggunakan kipas kecil atau manual
- Meletakkan wadah makanan di atas air dingin atau es
Langkah-langkah ini tidak hanya mempercepat proses pendinginan, tetapi juga mencegah potensi penyebaran kuman dari satu orang ke orang lainnya.
Waspadai Konsumsi Makanan Terlalu Panas
Makan makanan yang terlalu panas secara terus-menerus tidak hanya berisiko pada lidah, tetapi juga dapat menyebabkan iritasi pada lapisan kerongkongan. Jika dibiarkan berulang, kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko kanker esofagus.
Maka dari itu, penting untuk membiasakan diri menunggu makanan menjadi hangat atau menggunakan cara-cara pendinginan yang lebih aman dan higienis.
Kesimpulan
Meniup makanan panas sebenarnya bukan hal yang dilarang selama dilakukan untuk diri sendiri dan secara hati-hati. Namun, saat berhubungan dengan orang lain, penting untuk mempertimbangkan cara lain yang lebih higienis demi mencegah risiko penularan penyakit. Makan dengan bijak berarti bukan hanya memilih makanan sehat, tetapi juga memperhatikan cara mengonsumsinya.(*)
