Sejarah Uang Panai, Tradisi Bugis-Makassar Dibalik Penjajahan Belanda

Kendarinews.com — Siapa sangka, Sobat KendariNews, di balik sejarah panjang penjajahan, ada kisah seru soal tradisi uang panai di tanah Bugis dan Makassar. Dulu, para penjajah Belanda sering ngeremehin wanita Bugis dan Makassar. Mereka nikahin wanita lokal terus ninggalin gitu aja. Tapi, semua berubah sejak tradisi uang panai muncul. Penjajah mulai segan, bahkan gak berani sembarangan lagi sama wanita-wanita berderajat tinggi di sana. Kok bisa? Yuk, kita bedah ceritanya!

Uang Panai: Simbol Kehormatan dan Harga Diri

Dikutip dari @like_mamuju, Dalam bahasa lokal, uang panai dikenal dengan istilah “dul menre,” yang artinya denda adat. Uang ini harus dibayar oleh cowok yang mau melamar cewek dari keluarga bangsawan. Awalnya sih, cuma berlaku buat kalangan bangsawan aja. Tapi, seiring berjalannya waktu, tradisi ini jadi bagian penting di seluruh lapisan masyarakat Bugis dan Makassar, termasuk kelas menengah.

Nah, uang panai ini gak cuma soal angka yang besar. Di balik nominalnya, uang panai adalah simbol kehormatan, martabat, dan harga diri keluarga. Tradisi ini menunjukkan bahwa si pria gak main-main sama niatnya dan layak untuk menikahi wanita idamannya.

Dari Sejarah Sampai Jadi Simbol Sosial

Dulu, uang panai bikin penjajah minder. Tapi sekarang, uang panai juga sering jadi polemik sosial. Ada persaingan, stigma, bahkan kasus silariang (kabur sebelum nikah) gara-gara uang panai yang dianggap “jual” anak perempuan. Ya, emang, harga diri dan kehormatan di Bugis dan Makassar itu mahal banget. Makanya, keluarga selalu hati-hati jaga martabat anak perempuannya, karena kalau ada aib, nama baik keluarga bisa ternodai.

Uang Panai = Cinta Butuh Perjuangan

Orang tua di tanah Bugis dan Makassar mengajarkan anak laki-lakinya buat kerja keras, Sob. Uang panai jadi motivasi yang bikin cowok Bugis-Makassar terkenal punya etos kerja yang tinggi. Banyak dari mereka yang merantau, kerja keras kumpulin uang demi bisa melamar cewek idaman. Gak cuma sekadar uang, tapi ini soal komitmen dan perjuangan!