Namun perlu diingat, bahwa mesin partai politik ketika memasuki tahap kampanye, tidak begitu sentral. Ia hanya esensial saat momen pendaftaran karena digunakan sebagai syarat adminsitrasi sesuai dengan PKPU.
Kekuatan terpenting dalam pertarungan politik saat kampanye, terletak pada keunggulan masing-masing figur yang tampil. Dilihat dari aspek pengalaman kepemimpinan politik maupun birokrasi, sepak terjang yang berprestasi, akan menjadi modal besar untuk memenangkan kompetisi pilgub.
“Kita tidak bisa berharap banyak pada mesin parpol. Namun lebih pada akselerasi figur 01 maupun 02 ketika turun ke masyarakat. Termasuk kekuatan tim relawan yang dibentuk masing-masing kandidat,” ujar Dr. Najib Husain.
Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Halu Oleo ini menjelaskan, pasangan Tina Nur Alam-Ihsan, cukup menarik karena Tina mewakili gender yang memiliki segudang pengalaman dalam mendampingi mantan Gubernur Sultra Nur Alam selama dua periode. Ditambah ketokojan dari Ihsan yang bisa mendapatkan suara dari generasi millenial maupun generasi Z.
“Kedua pasangan ini juga merupakan perpaduan daratan dan kepulauan. Ihsan mewakili kepualaun dengan nama besar Ridwan Bae, dan Tina dari daratan, tokoh kuat dibelakangnya ada Nur Alam,” jelas Dr. Najib Husain.
Sementara Lukman dan La Ode Ida adalah konfigurasi cukup unik di pilgub Sultra. Lukman Abunawas punya pengalaman di birokasi yang cukup panjang. Mulai dari Camat, Bupati, hingga Sekda Provinsi, dan terakhir sebagai wakil gubernur, menjadi sebuah poin penting. Ditambah kehadiran La Ode Ida mantan anggota DPD RI, punya jejaring pusat yang sangat luas.
Kemudian pasangan Andi Sumangerukka-Hugua, sebuah pasangan yang cukup ideal. Andi Sumangerukka memiliki basis suara hasil pemilihan legislatif 14 Februari 2024. Dia juga dinilai memiliki kans suara di Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Sultra. Kemudian pengalaman kepemimpinan sebagai mantan Pangdam XIV Hasanuddin, menunjukkan punya kapabilitas dalam mengurus orang banyak.
“Sementara Hugua tidak bisa dipungkiri, sangat kaya pengalaman. Bupati Wakatobi dua periode dan anggota DPR RI fraksi PDIP, yang cukup menonjol prestasinya. Terutama membawa Wakatobi yang cukup maju,” urai Dr. Najib Husain.
Lebih lanjut, Dr. Najib menjelaskan, pasangan Ruksamin dan Syafei Kahar, merupakan konfigurasi ideal antara keterwakilan daratan dan kepulauan. Termasuk perpaduan antara senior dan junior. Dua figur ini juga merupakan perpaduan antara birokrat dan politisi ulung.
“Ruksamin dikenal sebagai politisi petarung, cakap dan ulet, dan Syafei Kahar dianggap sebagai tokoh birokrat Sultra,” jelasnya.
Disisi lain, kata dia, simbol ketokohan Ruksamin sebagai perwakilan daratan, sangat mewakili. Begitu juga dengan Syafei Kahar yang mewakili kepulauan. Modal tersebut begitu kuat merebut mayoritas suara pemilih yang tersebar di 17 Kabupaten dan Kota. Pasalnya, kedua tokoh ini sudah teruji. Ruksamin dua periode Bupati Konawe Utara. Kemudian saat ini memimpin DPW PBB Sultra, Koordinator Presidium KAHMI Sultra, dan organisasi besar lainnya.
“Sementara Syafei Kahar pernah menjadi Bupati Buton dua periode yang mencakup 6 Kabupaten yang saat ini telah mekar tersendiri. Diantaranya Buton Tengah, Buton Selatan, Wakatobi, Bombana, BauBau dan Buton. Jadi, napak tilas politik tersebut menandakan keduanya memiliki basis suara yang sangat diperhitungkan,” pungkas Najib. (ali/KN).
