Covid-19 Belum Hilang, IDI Minta Pembukaan Sekolah dan Mudik Ditunda

KENDARINEWS.COM — Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pusat meminta pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan yang dapat meningkatkan risiko penularan Covid-19. Termasuk soal mudik lebaran 2021 dan pembukaan kegiatan tatap muka di sekolah. Namun baru-baru ini, empat kementerian telah menelurkan surat keputusan bersama (SKB) tentang pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Ketua IDI Sultra, dr. La Ode Rabiul Awal mengatakan, IDI bukannya tidak memberi restu untuk belajar tatap muka. Tetapi, meminta pemerintah menahan kebijakan yang dapat berpotensi meningkatkan penyebaran Covid-19.

“Tetapi bila para tenaga kesehatan telah divaksin, terus dilakukan pembelajaran tatap muka, saya pikir ini tak masalah. Selagi sekolah mau memperketat seluruh penerapan protokol kesehatan. Bahkan sekolah harus menyediakan sarana prasarana untuk memotong penularan kasus baru di dunia pendidikan, “bebernya. Dia melanjutkan, upaya menahan yang diinginkan IDI ini, mengingat angka covid saat ini belum juga hilang sepenuhnya. Sehingga bagaimana mengambil kebijakan yang arahnya positif untuk masyarakat.

“Arah kita, bagaimana pemerintah membuat kebijakan agar menghindari potensi peningkatan kasus penyebaran Covid-19. Kita sebenarnya juga mendorong pembelajaran maupun upaya libur mudik lebaran kelak. Tetapi bagaimana kebijakan ini dikeluarkan setelah kasus melandai, ” harapnya. dr.Rabiul Awal menjelaskan sejauh ini kasus Covdi di Sultra mulai menurun. Bila kondisi ini terus menurun dan proses vaksinasi berjalan lancar maka belajar tatap muka di Sultra tentu tak jadi persoalan. “Kita harap ke depan bisa terus seperti itu, sehinga bila kebijakan itu diberlakukan, tak akan ada kasus baru. Terlebih vaksinasi di Sultra juga terus dilakukan dan semua berjalan lancar dan aman,” pungkasnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Slamet Budiarto menjelaskan saat ini angka pasien Covid-19 belum menunjukkan penurunan. Meski angka penyebaran Covid-19 di Tanah Air saat ini menurun, menurut Slamet hal tersebut hanya sementara. Sebagai catatan, sejak pertengahan hingga akhir Februari lalu, dari yang semula kasus harian di Indonesia berada di angka belasan ribu, kini turun menjadi 4.000-an hingga 6.000-an kasus per harinya.

Slamet menilai, kasus penyebaran virus corona di negara Eropa yang kembali meningkat patut menjadi pelajaran dan diwaspadai oleh pemerintah. Ia berharap pemerintah menahan kebijakan yang dapat berpotensi meningkatkan penyebaran Covid-19. Slamet menyarankan agar kebijakan pembukaan kegiatan belajar mengajar di sekolah ataupun mudik lebaran dikeluarkan setelah kasus penularan Covid-19 menurun. “Jadi lebih baik pemerintah menahan kebijakan itu dulu. Agar kasus infeksi Covid-19 menurun. Paling tidak setelah kasus dibawah 1.000 per hari, baru kebijakan bisa dijalankan,” ujarnya. (rah/b/jpg)

Tinggalkan Balasan