KENDARINEWS.COM — Ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat kembali meningkat setelah Kremlin menegaskan kesiapannya menghadapi potensi konfrontasi langsung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Moskow menyadari bahwa negara-negara anggota NATO tengah mempersiapkan persenjataan mereka untuk menghadapi kemungkinan konflik terbuka dengan Rusia. Menurutnya, pemerintah Rusia telah lama memperhitungkan risiko tersebut dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.
“Ada sentimen militeristik yang jelas di Barat, dan itu buruk,” ujar Peskov, Rabu (12/11/2025). “Namun kami selalu tahu risiko ini ada dan telah mengambil semua langkah yang diperlukan sebelumnya untuk melindungi kepentingan dan keamanan kami,” tambahnya, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (13/11/2025).
Dikutip dari Sindonews.com, Peskov juga menanggapi pernyataan Presiden Serbia Aleksandar Vucic, yang memperingatkan bahwa percepatan militerisasi di Eropa membuat perang antara Rusia dan NATO semakin tak terelakkan. Dalam wawancara televisi, Vucic menyebut peningkatan anggaran pertahanan negara-negara Barat sebagai tanda bahwa persiapan menuju konflik telah dimulai.
“Kesimpulan saya adalah semakin besar kemungkinan perang antara Eropa dan Rusia akan terjadi. Mereka sedang bersiap untuk perang—atau pertahanan, begitulah mereka menyebutnya,” ujar Vucic. “Rumania, Polandia, Finlandia, dan negara-negara lain juga ikut bersiap. Dan Rusia juga,” paparnya.
Uni Eropa diketahui sedang menggelontorkan ratusan miliar euro untuk memperkuat pertahanan mereka, dengan alasan menghadapi ancaman dari Rusia. Namun Moskow menilai langkah tersebut hanyalah upaya untuk mengalihkan perhatian dari masalah internal, termasuk kesulitan ekonomi dan ketidakpuasan sosial yang melanda kawasan itu.
“Mereka menyiksa diri dengan terus meningkatkan anggaran militer,” kata Peskov. “Polandia telah menaikkan anggaran pertahanannya hingga hampir 5% dari PDB, dan negara-negara lain mengikuti jejak yang sama, meskipun mereka justru menghancurkan perekonomian mereka sendiri dengan melakukan hal itu,” imbuhnya.
Rusia memandang ekspansi NATO ke arah timur dan kebijakan konfrontatif Barat sebagai akar dari perang Rusia-Ukraina serta krisis keamanan yang kini melanda Eropa. Blok militer pimpinan Amerika Serikat itu sebelumnya berjanji akan menerima Ukraina sebagai anggota baru dalam pertemuan puncaknya di Bucharest pada 2008, yang kemudian diperkuat setelah kudeta pro-Barat di Kiev pada 2014. (*)








































