Prevalensi Stunting di Sultra Turun Signifikan, Target Nasional di Depan Mata

KENDARINEWS.COM – Kabar gembira datang dari Bumi Anoa! Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Pemprov Sultra) berhasil mencatatkan penurunan signifikan dalam prevalensi stunting. Dari angka yang mengkhawatirkan sebesar 30 persen, kini Sultra berhasil menekan angka tersebut menjadi 26,1 persen pada tahun 2024. Data menggembirakan ini terungkap berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2025.

Meskipun capaian ini patut diapresiasi, angka prevalensi stunting di Sultra masih berada di atas rata-rata nasional. Namun, semangat juang tak pernah padam! Melalui serangkaian program inovatif yang digagas oleh duet kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Sultra, ASR-Hugua, optimisme membara untuk terus menekan angka stunting hingga mencapai target nasional pada tahun 2025.

Sekretaris Daerah (Sekda) Sultra, Asrun Lio, mengungkapkan rasa syukur atas pencapaian ini, namun tetap mengingatkan pentingnya kerja keras dan sinergi. “Ini adalah kemajuan yang patut kita apresiasi bersama, namun jangan cepat berpuas diri. Kita perlu bekerja lebih keras, lebih fokus, dan lebih terintegrasi agar hasilnya lebih optimal di tahun ini,” tegasnya.

Keterpaduan intervensi menjadi kunci utama dalam strategi penanganan stunting di Sultra. Intervensi spesifik, seperti pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil dan remaja putri, serta penyediaan makanan tambahan bergizi, terus digencarkan. Tak hanya itu, intervensi sensitif seperti perbaikan sanitasi dan peningkatan akses air bersih juga menjadi prioritas utama.

“Stunting bukan hanya sekadar persoalan kesehatan yang kita hadapi saat ini, tetapi ini adalah investasi jangka panjang untuk kualitas generasi penerus kita. Kita sedang membangun fondasi kokoh menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Asrun Lio dengan penuh semangat.

Mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadis Dikbud) Sultra ini juga menyoroti tiga aspek utama yang harus menjadi fokus dalam penanganan stunting, yaitu prevalensi stunting itu sendiri, angka kemiskinan, dan ketahanan pangan. Menurutnya, ketiga aspek ini saling berkaitan erat dan perlu diselaraskan melalui pendekatan lintas sektor yang komprehensif serta pemanfaatan data yang akurat dan terpercaya.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh pemerintah pusat juga menjadi amunisi tambahan bagi Sultra untuk mempercepat penurunan stunting di seluruh wilayah. Asrun Lio menekankan bahwa percepatan penurunan stunting tidak bisa hanya dibebankan kepada sektor kesehatan semata.

“Perlu adanya peran aktif dari berbagai bidang, seperti pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan ekonomi keluarga. Sinergi lintas sektor adalah kunci keberhasilan kita,” imbuhnya.

Tinggalkan Balasan