Wagub Sultra Tekankan Sinergi Pemda-Kampus Ciptakan SDM Berkelanjutan

KENDARINEWS.COM– – Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Ir. Hugua, menekankan pentingnya sinergi yang erat antara pemerintah daerah (Pemda) dan perguruan tinggi (Kampus) dalam upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Pernyataan ini disampaikan saat menjadi narasumber utama dalam Seminar Nasional yang mengangkat tema krusial, “Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan, Air, dan Energi Berkelanjutan,” yang berlangsung di Hotel Claro Kendari, Senin (3/11/2025).

Hugua dengan lugas menyatakan bahwa perguruan tinggi memiliki peran sentral dalam menghasilkan SDM berkualitas, sementara pemerintah sebagai pengguna utama (user) dari lulusan tersebut. Oleh karena itu, kesinambungan antara visi nasional, visi daerah, dan visi perguruan tinggi menjadi sebuah keniscayaan.

“Perguruan tinggi memproduksi manusia, dan kami di pemerintah adalah user-nya. Maka harus ada kesinambungan antara visi nasional, visi daerah, dan visi perguruan tinggi,” tegas Hugua dalam keterangannya.

Mantan Bupati Wakatobi dua periode ini menggunakan analogi yang menarik, menggambarkan perguruan tinggi sebagai sebuah pesawat yang dipiloti oleh seorang rektor. Menurutnya, jika seorang rektor tidak memahami arah dan kewenangan pemerintah daerah, maka “pesawat” tersebut tidak akan pernah mendarat dengan tepat. Padahal, saat mendarat, perguruan tinggi berada di wilayah otonomi, seperti Konawe Selatan, Wakatobi, atau Kendari. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang visi daerah menjadi sangat penting.

Hugua menjelaskan bahwa kebijakan lingkungan merupakan urusan wajib pemerintah daerah, sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini semakin mempertegas pentingnya keselarasan antara dunia akademik dan birokrasi, agar sinergi pembangunan dapat berjalan secara optimal dan efektif.

Lebih lanjut, Hugua menyoroti bahwa isu lingkungan bukan hanya sekadar persoalan ekologi semata, tetapi juga berkaitan erat dengan perilaku, peradaban, dan kepemimpinan manusia. Ia menekankan bahwa kepemimpinan lingkungan yang efektif adalah kunci untuk menjaga kelestarian bumi.

“Environment is not ideology, it is a leadership. Kepemimpinan lingkungan itu sederhana: percaya kepada Tuhan, menghargai manusia, dan seluruh ciptaannya. Jika tidak, manusialah yang akan menjadi perusak bumi,” tegasnya.

Dalam pandangannya, pembangunan daerah harus selalu berlandaskan pada prinsip keseimbangan dengan alam. Ia meyakini bahwa jika manusia memberikan yang terbaik kepada alam, maka alam pun akan memberikan yang terbaiknya kembali. Namun, jika manusia hanya mengambil tanpa memberi, maka kehancuranlah yang akan menanti.

Hugua juga menyoroti pentingnya transformasi ekonomi menuju sektor yang lebih berkelanjutan. Ia memberikan contoh bahwa sektor pertambangan hanya memiliki umur yang terbatas, sekitar 15 tahun lagi. Setelah itu, sumber daya alam akan habis. Sementara itu, sektor pertanian dapat bertahan selamanya jika dikelola dengan bijak dan berkelanjutan. Oleh karena itu, prinsip pembangunan berkelanjutan harus menempatkan masyarakat, budaya, dan lingkungan sebagai pilar utama.

Ia menambahkan bahwa pembangunan lingkungan berkelanjutan hanya dapat terwujud melalui kepemimpinan yang arif dan berbasis pada kearifan lokal. Kearifan lokal, meskipun terlihat sederhana, sesungguhnya sangat canggih dan relevan dalam menjaga keseimbangan alam.

“Kearifan lokal itu sederhana, tapi sesungguhnya sangat canggih. Kalau kita memberi kepada alam, alam akan memberi tanpa batas. Itulah inti dari pembangunan berkelanjutan,” imbuhnya.

Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk perwakilan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Kepala Lembaga Riset Internasional untuk Lingkungan dan Perubahan Iklim IPB University, para rektor perguruan tinggi di Sultra, Dekan FHIL UHO, para dosen, guru besar, serta pejabat lingkup Universitas Halu Oleo. Acara dibuka secara resmi oleh Plt. Rektor UHO, Dr. Herman, S.H., LL.M.

Dalam sambutannya, Dr. Herman menegaskan bahwa perguruan tinggi memiliki tanggung jawab moral dan ilmiah dalam menjawab tantangan perubahan iklim. UHO berkomitmen untuk menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang tidak hanya berbasis teori, tetapi juga memberikan solusi nyata terhadap persoalan lingkungan dan ketahanan sumber daya alam di Sultra.(Ikp/ing)

Tinggalkan Balasan