KENDARINEWS.COM — Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar USD4,34 miliar pada September 2025, memperpanjang tren surplus selama 65 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Dikutip dari CNBC Indonesia, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini, mengatakan bahwa surplus bulan ini terutama disumbang oleh kinerja positif pada komoditas nonmigas, yang mencapai USD5,99 miliar. “Surplus pada September 2025 ini lebih banyak ditopang oleh ekspor lemak dan minyak hewani/nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja,” ujar Pudji dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/11/2025).
Di sisi lain, neraca perdagangan migas masih mencatat defisit sebesar USD1,64 miliar, akibat meningkatnya impor hasil minyak dan minyak mentah. Secara kumulatif, neraca perdagangan barang Indonesia Januari–September 2025 tetap mencatat surplus besar USD33,48 miliar, dengan kontribusi nonmigas sebesar USD47,20 miliar, sementara migas masih mengalami defisit USD13,71 miliar.
Dari sisi mitra dagang, Indonesia mencatat surplus terbesar dengan Amerika Serikat USD13,48 miliar, India USD10,45 miliar, dan Filipina USD6,54 miliar. Sebaliknya, defisit perdagangan tercatat paling besar terhadap China USD14,32 miliar, Australia USD4,01 miliar, dan Singapura USD3,43 miliar.
Jika dilihat lebih spesifik pada komoditas nonmigas, tiga negara penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat USD15,70 miliar, India USD10,52 miliar, dan Filipina USD6,45 miliar. Sedangkan defisit nonmigas terdalam terjadi dengan China USD15,60 miliar, disusul Australia USD3,38 miliar dan Thailand USD1,29 miliar.
Tren surplus yang berkelanjutan ini menunjukkan daya saing ekspor Indonesia yang tetap terjaga di tengah perlambatan ekonomi global, dengan sektor nonmigas sebagai pilar utama penopang neraca perdagangan nasional. (*)








































