KENDARINEWS.COM–Dalam keseharian, banyak orang memilih diam ketika merasa marah, sedih, atau kecewa, demi menjaga hubungan sosial atau menghindari konflik. Namun, kebiasaan memendam emosi ternyata menyimpan risiko serius, tidak hanya bagi kesehatan mental, tapi juga fisik.
Menurut penjelasan dari Hello Sehat, emosi negatif yang dipendam terus-menerus bisa mengganggu fungsi organ dalam tubuh. Energi yang tidak tersalurkan akan menjadi tekanan psikologis, menurunkan kemampuan otak, bahkan mengganggu sistem kerja tubuh secara keseluruhan.
Hal senada diungkapkan oleh Alodokter. Mereka memperingatkan bahwa memendam perasaan sama artinya dengan menolak mengakui apa yang benar-benar dirasakan. Ini adalah bentuk penolakan terhadap diri sendiri yang bisa memicu lonjakan hormon stres, membuat detak jantung dan tekanan darah tidak stabil, serta meningkatkan risiko gangguan mental.
Yang mengejutkan, banyak orang yang terlihat tenang dan bahagia di luar ternyata sedang memikul beban emosional yang berat di dalam. Kebiasaan ini bisa menjadi “bom waktu” yang meledak dalam bentuk penyakit kronis atau gangguan psikologis.
Berikut lima dampak negatif dari kebiasaan memendam emosi yang dilansir dari alodokter:
1. Risiko Penyakit Kronis Meningkat
Emosi yang tak tersalurkan dapat menyebabkan stres kronis, yang berujung pada gangguan kardiovaskular seperti hipertensi dan penyakit jantung koroner. Fluktuasi tekanan darah dan detak jantung menjadi alarm awal yang sering diabaikan.
2. Rentan Terhadap Depresi dan Kecemasan
Menahan perasaan secara terus-menerus membuat seseorang lebih mudah mengalami depresi atau kecemasan. Lama-kelamaan, ini bisa menghilangkan semangat hidup dan menciptakan beban batin yang berat.
3. Turunnya Imunitas Tubuh
Stres emosional yang dipendam dapat menekan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, tubuh menjadi lebih mudah terserang penyakit, dari flu ringan hingga kondisi yang lebih serius.
4. Pikiran untuk Mengakhiri Hidup
Dalam kasus yang ekstrem, ketidakmampuan mengekspresikan emosi bisa mendorong seseorang pada keputusasaan dan keinginan untuk mengakhiri hidup. Ketika perasaan negatif terus menggunung, kesehatan mental bisa runtuh secara tiba-tiba.
5. Peradangan dan Kerusakan Organ
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang sulit mengekspresikan emosi memiliki kadar inflamasi lebih tinggi. Ini bisa memicu gangguan seperti rematik, radang usus, hingga nyeri sendi kronis.
Memendam emosi mungkin terasa seperti solusi instan untuk menghindari masalah, namun kenyataannya justru memperburuk keadaan. Gejala seperti susah tidur, sering gelisah, lelah secara emosional, atau kehilangan nafsu makan adalah sinyal yang tidak boleh diabaikan.
Penting untuk mulai mencari “ruang aman” untuk menyalurkan emosi, baik melalui percakapan dengan orang terpercaya maupun bantuan profesional seperti psikolog atau konselor.
Mengakui dan mengekspresikan perasaan bukan tanda kelemahan, melainkan bentuk keberanian untuk merawat diri sendiri. Dengan begitu, kita memberi ruang bagi tubuh dan jiwa untuk pulih dan kembali seimbang.(*)
