KENDARINEWS.COM–Banyak orang mungkin menganggap obsesi sebagai bentuk “ketertarikan” yang mendalam terhadap sesuatu. Namun, ketika sebuah pikiran atau perilaku dilakukan terus-menerus tanpa bisa dikendalikan hingga mengganggu kehidupan pribadi dan sosial, itu bukan sekadar ketertarikan. Itu adalah obsesi yang berbahaya.
Dilansir dari Alodokter, obsesi berbeda dari overthinking yang bisa mereda seiring hilangnya pemicu, obsesi menetap dan sering kali memaksa seseorang melakukan tindakan ekstrem. Obsesi bahkan bisa terkait dengan gangguan mental seperti Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) atau PTSD, serta dipengaruhi oleh faktor genetik, trauma masa lalu, hingga gangguan neurologis.
Jenis-Jenis Obsesi yang Sering Terjadi
- Obsesi Seksual
Pikiran atau fantasi seksual yang terus muncul, sering kali melibatkan hal-hal tabu atau berisiko kriminal, seperti pedofilia atau sadomasokisme. Obsesi ini bisa membuat pelaku kehilangan kontrol atas tindakan dan merugikan orang lain. - Obsesi Terhadap Pasangan
Cinta yang berubah jadi kendali. Orang yang terobsesi pada pasangan bisa menjadi posesif, membatasi ruang gerak, dan menciptakan hubungan toksik. Dampaknya? Pasangan merasa terkekang dan kehilangan kebebasan. - Obsesi Akan Penampilan Fisik
Terus merasa “kurang” secara fisik bisa mendorong seseorang menjalani operasi plastik berulang, berdandan berjam-jam, atau bahkan mengembangkan gangguan makan. Obsesi ini sering kali berakar pada ketidakpuasan diri dan standar kecantikan yang tak realistis. - Obsesi Tidur (Clinomania)
Keinginan berlebihan untuk tidur sepanjang hari bisa menjadi bentuk pelarian dari kenyataan, sering kali berkaitan dengan depresi atau gangguan kecemasan. Penderitanya bisa merasa lemas secara fisik dan emosional. - Obsesi Akan Kesempurnaan (Perfectionism)
Ketakutan besar terhadap kesalahan mendorong seseorang untuk mengerjakan sesuatu secara berulang hingga sempurna. Sayangnya, ini malah menurunkan efisiensi, menguras tenaga, dan membuat hubungan kerja menjadi tidak sehat. - Obsesi Kebersihan (Cleanliness Obsession)
Bukan hanya cuci tangan berulang-ulang, tetapi juga ketakutan ekstrem terhadap kotoran, lingkungan, bahkan orang lain yang dianggap “tidak bersih”. Obsesi ini bisa menyebabkan kecemasan tinggi dan isolasi sosial.
Dampak Obsesi: Tidak Hanya Menguras Pikiran, Tapi Juga Hubungan
Orang dengan obsesi kerap sadar bahwa pikirannya berlebihan. Namun, mereka merasa tidak mampu menghentikannya. Jika dibiarkan, obsesi bisa menimbulkan stres berat, depresi, kelelahan mental, bahkan gangguan hubungan dengan orang terdekat.
Tips Mengatasi Obsesi secara Sehat
- Bergabung dengan komunitas pendukung untuk saling berbagi pengalaman dan dukungan.
- Menulis jurnal untuk mengurai pikiran dan mengidentifikasi pola obsesi.
- Melatih mindfulness dan meditasi agar mampu membedakan antara pikiran sehat dan obsesif.
- Melakukan aktivitas relaksasi seperti olahraga, pijat, atau teknik pernapasan.
- Konsultasi ke psikolog atau psikiater jika obsesi sudah mengganggu kehidupan sehari-hari.
Ingat, obsesi bukan kelemahan. Tapi jika dibiarkan, ia bisa menjadi jebakan mental. Menyadarinya adalah langkah awal menuju pemulihan.(*)








































