Kunci Sukses Prof. Dr. dr. Juminten Saimin, Sp.OG., Subsp.Obginsos Raih Guru Besar Pertama FK UHO

KENDARINEWS.COM–Menjalani dua profesi sekaligus, tentu tak mudah. Apalagi pekerjaan yang ditekuni membutuhkan pengetahuan mumpuni,
kesabaran, keuletan dan mental kepemimpinan yang tangguh yang tak semua orang bisa melakoninya.

Adalah Juminten Saimin, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo (FK UHO), yang saat ini diamanahi sebagai Dekan FK UHO. Perempuan kelahiran 52 tahun silam ini, baru saja dianugerahi jabatan akademik tertinggi, yakni guru besar atau yang lebih dikenal Profesor dalam bidang Ilmu Kedokteran, Kebidanan dan Penyakit Kandungan oleh Rektor UHO, Prof. Dr. Muhammad Zamrun Firihu, S.Si., M.Si., M.Sc., pekan lalu.

Menariknya, pengukuhan Prof. Juminten sebagai salah satu guru besar di UHO ini, sekaligus menandai awal lahirnya profesor di FK UHO. “Ini adalah pencapaian yang luar biasa, semoga jabatan akademik tertinggi yang diberikan senantiasa memajukan UHO, dan Sultra pada umumnya,” pesan Rektor UHO, Prof. Zamrun, saat pengukuhan guru besar UHO, beberapa waktu lalu.

Diamanahi tanggung jawab sebagai profesor dalam Bidang Ilmu Kedokteran, Kebidanan dan Penyakit Kandungan di FK UHO ini, merupakan kebanggaan bagi setiap dosen, tak terkecuali Prof. Juminten.

“Tanggung jawab saya bertambah. Inshaa Alloh bisa membuat kinerja saya lebih baik lagi, memberikan pelayanan sesuai bidang kerja saya harus optimal sehingga trust masyatakat makin terbangun. Saya meyakini sepanjang kita berpikir positif, apapun itu bisa kita wujudkan,” ungkapnya.

Selain sebagai dekan FK UHO sekaligus dosen di sejumlah kampus kesehatan ini, perempuan berusia 52 tahun ini adalah salah satu dokter spesialis obgyn atau dokter kandungan di RS Bahteramas, sekaligus aktif memberikan layanan kesehatan (obygn) di klinik.

Tak sampai disitu, Dekan FK UHO dua periode ini, pun aktif dalam berbagai organisasi profesi baik lokal maupun nasional, diantaranya adalah sebagai Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Dokter, aktif dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sultra, Ketua Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI), aktif di Komite Internsip Dokter Indonesia serta Bendahara Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran yang terdiri dari PTN dan PTS di Indonesia.

“Alhamdulillah, semua bisa berjalan dengan baik. Tentu dengan mengatur waktu yang ada, sesuai kebutuhan kerja, organisasi dan keluarga,” terang Prof. Juminten.

Memiliki seabrek aktivitas tak mlupakan perannya sebagai istri dan ibu dari dua anak, ia berupaya optimalkan peran dengan memanage waktu dengan baik. Bahkan, menurutnya, pencapaian terbesarnya saat ini adalah berkat dukungan keluarga.

Ayahnya adalah sosok yang menginspirasinya menjadi seorang pengajar, beliau sebanrnya punya cita-cita menjadi guru. Tapi nenek lebih mendukung ayah menjadi petani yang mengolah banyak sawah. Harapan beliau menjadi pengajar tak kesampaian, tapi saat mendidik anak-anaknya, beliau sangat cerdas. Inilah yang membuat dirinya kagum pada ayahnya. Selain itu, tentunya dukungan keluarga kecilnya, utamanya suami adalah sosok yang hebat yang senantiasa mendukung karirnya saat ini.

“Yang hebat adalah suami saya. Beliau selalu mendukung karir saya, sehingga waktu untuk keluarga dan pekerjaan saya bisa diatur berkat suppport dari suami. Alhamdulillah, dari dua anak saya, putra sulung saya mengikuti jejak saya sebagai dokter,” ungkap ibu dari dua anak yang hobi menulis ini.

Saat ditanya profesi mana yang lebih utama, Prof Juminten mengaku dosen dan dokter adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena menjadi dokter juga pasti harus mengajar. Dokter adalah leader dalam tim kecil, yang mana setiap menangani pasien juga membutuhkan bidan dan lain sebagainya. Disitulah ia berfungsi sebagai leader untuk mengajar.

Dengan kebiasaan itu antara dosen dan dokter itu tidak bisa dipisahkan. Saat ini, Prof Juminten telah mengabdi selama 13 tahun UHO, tepatnya sejak FK UHO dibentuk.

“SK pertama saya dari Rektor itu di tahun 2010. Saya sudah dua periode menjadi dekan di FK UHO. Akhir tahun ini jabatan saya bera￾khir. Selama di UHO cerita yang paling berkesan ialah saya harus membentuk energi yang lain untuk menghadapi semuanya. Karena dengan kesulitan dan air mata, justru membuat kita lebih tangguh serta lebih bijak lagi,” tutup alumnus FK Unhas ini. (kn)

Tinggalkan Balasan