KENDARINEWS.COM– Penyakit demam berdarah tidak boleh disepelekan, penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti itu telah menelan korban. Hingga Mei 2022, jumlahnya mencapai 3 kasus meninggal, 143 terpapar.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Kendari, Elffi mengungkapkan kasus meninggal akibat DBD di Kota Kendari disebabkan oleh keterlambatan pasien melaporkan diri pada layanan fasilitas kesehatan. Masyarakat masih menganggap demam merupakan sakit biasa. “Biasanya orang menganggapnya hanya demam biasa. Padahal sudah terinveksi DBD,” ungkapnya, kemarin.
Oleh karena itu, Elffi meminta masyarakar untuk segera melaporkan diri pada layanan fasilitas kesehatan terdekat jika merasakan gejala atau ciri-ciri terinfeksi DBD seperti diantaranya demam tinggi, mual (muntah), dan muncul bintik merah pada kulit.
“Segera melapor (ke Faskes atau Rumah Sakit), jangan mengobati diri sendiri di rumah seperti mengobati penyakit biasa. Karena DBD sangat berbahaya. Masa inkubasinya cepat dan resiko kematiannya juga tinggi,” ungkap Elffi.
Hingga Mei, jumlah warga yang terpapar sebanyak 143 kasus. Angka ini kemungkinan bertambah. Apalagi curah hujan menunjukkan peningkatan. Sebagai bentuk pencegahan, Elffi berpesan kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan serta menerapkan 3M, menguras, mengubur, dan menutup. “Tidak ada yang bisa mengalahkan efektifitasnya 3M. Masyarakat juga harus berperilaku hidup bersih dan sehat. Selain, itu kami turut melakukan fogging,” pungkasnya. (kn)