Neraca Perdagangan Sultra Surplus 177,02 Juta Dolar AS

KENDARINEWS.COM — Ekspor Sultra pada Oktober 2020 mengalami penurunan 1,46 persen secara bulanan (mtm) dan tumbuh 4,52 persen secara tahunan (yoy). Sementara, nilai impor tercatat naik sebesar 3,72 persen secara bulanan dan terkontraksi sangat dalam secara tahunan yaitu 42,17 persen. Nilai ekspor Sultra Oktober 2020 yang tercatat sebesar 294,59 juta Dolar AS dan impor 117,57 juta AS menghasilkan surplus sebesar 177,02 juta Dolar AS.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra, Agnes Widiastuti mengungkapkan, ekspor Sultra Oktober 2020 didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 292,33 juta Dolar AS (99,23 persen), sektor pertambangan 1,54 juta Dolar AS (0,52 persen), dan sisanya sektor pertanian 0,72 juta Dolar AS (0,25 persen). Turunnya ekspor Sultra pada Oktober 2020 dibanding September 2020, dipengaruhi oleh turunnya ekspor ke negara tujuan utama yaitu Tiongkok senilai 8,26 juta Dolar AS atau 2,87 persen.

Ekspor Sultra masih didominasi oleh kelompok komoditi besi dan baja dengan nilai 298,55 juta Dolar AS, diikuti kelompok komoditi ikan dan udang dengan nilai 2,76 juta Dolar AS, dan kelompok komoditi bahan bakar mineral (BBM) 1,54 juta Dolar AS. Selain ketiga kelompok tersebut, Sultra juga mengekspor komoditas lain seperti biji-bijian berminyak senilai 0,39 juta Dolar AS, serta kopi, teh dan rempah-rempah senilai 0,35 juta Dolar AS.

“Secara kumulatif Januari-Oktober 2020, ekspor lima kelompok komoditas utama tersebut naik 13,02 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” ujar Agnes Widiastuti, Selasa (1/12).

Selain melakukan ekspor, Sultra juga mengimpor sejumlah komoditi seperti BBM, mesin dan pesawat mekanik serta mesin dan peralatan listrik. Impor Sultra Oktober 2020 didominasi oleh komoditi besi dan baja dengan nilai 46,99 juta Dolar AS (39,97 persen). Lalu diikuti komoditi BBM 25,23 juta Dolar AS (21,46 persen).

“Kenaikan terbesar impor Sultra Oktober 2020 dibanding September 2020 terjadi pada komoditi BBM senilai 10,38 juta Dolar AS (69,87 persen),” jelasnya.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Halu Oleo (UHO), Dr. Syamsir Nur SE M.Si mengatakan kondisi ekspor dan impor secara bulanan merupakan potret adanya dinamika aktivitas ekonomi pada bulan tertentu yang capaian kinerjanya sangat dipengaruhi oleh harga dan volume komoditas yang diperdagangkan.

“Adanya perubahan harga dan volume barang yang diekspor ke negara mitra sangat mempengaruhinya. Begitu pula dengan barang impor Sultra sangat dipengaruhi oleh keduanya,” ujar Syamsir, kemarin.

Namun demikian, peningkatan impor menunjukkan kegiatan ekonomi Sultra sudah membaik terutama pada industri pengolahan dan konstruksi yang menggunakan bahan baku impor. Adapun secara yoy, penurunan impor disebabkan berkurangnya permintaan kebutuhan utama pembangunan smelter. Syamsir menyebut, impor di Sultra saat ini hanya mempunyai korelasi yang kuat dengan kegiatan industri pengolahan, berbeda dengan tahun lalu. Sementara, penurunan ekspor disebabkan kegiatan pelaku ekonomi domestik yang belum sepenuhnya pulih dan beradaptasi dengan kondisi saat ini.

“Jika dilihat secara yoy, ekspor mengalami kenaikan yang artinya terjadi perbaikan aktivitas ekonomi dari sisi pengeluaran. Ini juga menjadi potret bahwa kondisi perekonomian Sultra sudah lebih baik. Ekspor merupakan salah satu engine of growth yang dapat memberikan efek terhadap penciptaan pendapatan,” tuturnya.

Secara umum, kata dia, geliat ekspor dan impor merupakan cerminan bahwa perekonomian Sultra sudah membaik walaupun masih fluktuatif. Faktornya ada dua, yakni permintaan mitra dagang dan harga produk yang diperdagangkan. “Ke depan Sultra perlu melakukan diversifikasi produk ekspor dan juga diversifikasi negara tujuan yang kita tahu berkorelasi kuat dengan Tiongkok,” tandasnya. (b/uli)

Tinggalkan Balasan